https://blantika.publikasiku.id/
635
Blantika: Multidisciplinary Jornal
Volume 2 Number 6, April, 2024
p- ISSN 2985-4199 e-ISSN 2987-758x
UPAYA PENINGKATAN PERAN RISET LIFE SCIENCE DAN
BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PENGEMBANGAN VAKSIN DAN
PRODUK BIOLOGI LAINNYA DALAM RANGKA MENINGKATKAN
DERAJAT KESEHATAN PERSONEL TNI
Sugindro
Universitas Pertahanan Republik Indonesia, Bogor, Indonesia
Email: sugindro1966@yahoo.com
ABSTRAK
Kesehatan personel TNI merupakan aspek vital dalam memastikan keberlanjutan dan efektivitas
operasional. Dalam era globalisasi dan kompleksitas tantangan kesehatan, riset Life Science dan
bioteknologi menjadi kunci untuk meningkatkan kesehatan personel TNI. Pengembangan vaksin
dan produk biologi lainnya menjadi strategis dalam menjaga kesehatan personel TNI di tengah
berbagai ancaman penyakit yang terus berkembang. BASTRAK bertujuan untuk meningkatkan
peran riset Life Science dan bioteknologi dalam pengembangan vaksin dan produk biologi
lainnya untuk meningkatkan derajat kesehatan personel TNI. BASTRAK akan memfasilitasi
kolaborasi antara lembaga riset, perguruan tinggi, dan institusi kesehatan terkemuka untuk
menggalang pengetahuan dan sumber daya dalam pengembangan vaksin dan produk biologi.
Melalui upaya peningkatan peran riset Life Science dan bioteknologi, BASTRAK bertekad
untuk memajukan kesehatan personel TNI dengan cara yang berkelanjutan dan inovatif. Dengan
kolaborasi yang kuat dan fokus pada keunggulan ilmiah, kami yakin bahwa kita dapat mencapai
tujuan ini demi kesejahteraan personel TNI dan keamanan nasional.
Kata kunci: kepailitan, mahkamah konstitusi, kurator, debitur, preferensi kreditor, konkuren,
separatis, pengadilan niaga, mahkamah agung
ABSTRACT
Bankruptcy is a condition where the debtor is unable to make payments on the debts of its
creditors. The condition of not being able to pay is due to financial difficulties (Financial
distress) from the debtor's business that has experienced setbacks. No little when a company is
declared bankrupt has a big impact on losses suffered by its creditors, especially employees
against companies declared bankrupt by the Commercial Court. The purpose of this study is to
determine the legal considerations of The Constitutional Court of the Republic of Indonesia in
deciding the case against Law No. 37 of 2004 concerning Bankruptcy and Suspension Debt
Payment Obligation (PKPU) for Justification for Submitting Efforts Previously Unjustified
Cassation and what cases and what can be done in cassation legal and technical efforts carry
out the cassation efforts later. The results of the study show that the effects of bankruptcy on
employees may result in termination of employment resulting in loss of status as workers.
Position position of employees in bankrupt companies, employees given privileges as a
preferred creditor which is the fulfillment of his rights is the first priority, so the company must
pay the salary bill employees, in accordance with bankruptcy law in Indonesia Law No 37 of
2004 concerning Bankruptcy and Postponement of Debt Payment Obligations.
Keywords: bankruptcy, constitutional court, curator, debtor, creditor preference, concurrent,
separatist, commercial court, supreme court
This work is licensed under a Creative Commons
Attribution-ShareAlike 4.0 International
Vol. 2, No. 6, 2024
636
Sahlan, Hermawan
PENDAHULUAN
Kemajuan penelitian life science dan bioteknologi di negara-negara maju perlu
diantisipasi oleh bangsa Indonesia (Sekretariat Negara Republik Indonesia, 2004). Hal
ini disebabkan, maraknya penyakit infeksi saat ini tidak hanya menyebar secara luas
namun juga muncul lebih cepat dibandingkan sebelumnya, yang dimungkinkan
disebabkan adanya agen infeksi hasil rekayasa genetika yang sengaja dilepaskan ke
lingkungan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Terlebih, menurut World Health
Organization (WHO), penyakit baru yang muncul (new emerging diseases) saat ini
berada pada tingkat yang tidak pernah diprediksi sebelumnya yang ditandai dengan
munculnya setidaknya satu penyakit baru setiap tahunnya sejak 1970-an (Republik
Indonesia, 2004). Jika diakumulasikan tidak kurang dari 40 penyakit baru yang belum
pernah muncul pada generasi sebelumnya. Penyakit-penyakit baru tersebut antara lain
HIV, Ebola, Marburg fever, severe acute respiratory syndrome (SARS), avian influenza
H5N1 serta baru-baru ini MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome-Coronavirus),
avian influenza H7N9, dan virus Zika (Aziz, 2016). Selanjutnya, pada tahun 2014 WHO
telah mengkonfirmasi lebih dari 200 kejadian wabah epidemik di seluruh dunia baik di
negara berkembang maupun di negara maju (Pertahanan, 2015).
Dalam Buku Putih Pertahanan Indonesia Tahun 2015 disebutkan bahwa
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dalam bidang kimia, biologi,
radiologi, nuklir, dan bahan peledak (Chemical, Biological, Radiological, Nuclear, and
Explosives/CBRNE) yang bersamaan dengan kemajuan alat transportasi dan komunikasi
informasi telah meningkatkan penguasaan, penggunaan, dan penyebaran CBRNE
hakekatnya dapat digunakan untuk kepentingan kesejahteraan
manusia (Raharjo, 2013). Namun, bahan-bahan berbahaya tersebut berpotensi
mengancam keamanan dan keselamatan umat manusia, apabila dikuasai oleh kelompok
yang tidak bertanggungjawab (Lubis, 2022). Kerawanan ini dipertegas bahwa masih
terdapat beberapa negara yang memproduksi bahan-bahan berbahaya tersebut secara tidak
transparan. Hal ini berimplikasi terhadap negara-negara lain untuk menghadapi ancaman
penggunaan senjata CBRNE (Esfandiary, Liu, Nabila, Rangga, & Antoni, 2023). Dalam
era keterbukaan saat ini, perdagangan, pelintasan, dan penyebaran bahan-bahan
berbahaya secara ilegal menyebabkan
kerawanan terhadap keamanan. Kondisi ini bila tidak ditangani dan dikontrol secara
optimal berpotensi mengancam pertahanan negara.
Dalam kondisi demikian, mengingat pentingnya riset life science dan bioteknologi
di masa mendatang TNI perlu mendalami riset life science dan bioteknologi guna
mempelajari penyakit-penyakit infeksi menular berbahaya serta mendalami
pengembangan vaksin manusia dan produk biologi lainnya seperti hormon (insulin,
hormon pertumbuhan), eritropoietin, faktor plasma darah, antibodi monoklonal, sitokin
dan lain sebagainya (Lubis, 2022). Hal tersebut dikaitkan dengan ancaman di masa depan
dan adanya potensi yang berasal dari lingkungan TNI seperti organisasi, sumber daya
manusia, materiil, sarana dan prasarana, dan piranti lunak yang dimiliki oleh TNI serta
adanya kesempatan bekerja sama dengan para peneliti di bidang tersebut di Indonesia
serta dari luar negeri (Putra, Supartono, & Deni, 2018).
METODE PENELITIAN
Metoda yang digunakan penulisan naskah ini adalah diskriptif analisis yaitu
mendiskripsikan masalah sesuai fakta melalui proses analisa (Andre et al., 2008).
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan naskah ini adalah pendekatan teori
dan empiris yaitu melalui studi kepustakaan (Habsy, 2017).
Vol. -, No. -, Thn
[Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia Nomor 23/PUU-XIX/2021 Terhadap Undang-
Undang No 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Pkpu) Atas
Dibenarkannya Mengajukan Upaya Kasasi yang
Sebelumnya tidak Dibenarkan]
https://blantika.publikasiku.id/
637
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Riset Life Science Dan Bioteknologi Di Bidang Pengembangan Vaksin Dan
Produk Biologi Lainnya Saat INI
Dalam Buku Putih Pertahanan Indonesia disebutkan beberapa perkembangan
lingkungan strategis yang berkaitan dengan pemanfaatan riset life science dan
bioteknologi, antara lain:
1. Adanya isu penggunaan bahan-bahan berbahaya yang termasuk di dalam CBRNE
(Chemical, Biological, Radiological, Nuclear, Explosive) berpotensi mengancam
keamanan dan keselamatan umat manusia, apabila dikuasai
oleh kelompok yang tidak bertanggungjawab. Kerawanan ini dipertegas bahwa
masih terdapat beberapa negara yang memproduksi bahan-bahan berbahaya
tersebut secara tidak transparan (Yunus et al., 2018).
2. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga menciptakan peperangan
dan kejahatan siber yang tidak mengenal batas, termasuk pemanfaatan rekayasa
genetika bioteknologi, dan teknologi nano yang sulit dideteksi (Mustofa, 2021).
3. Perubahan iklim secara tidak langsung akan berpengaruh pada masalah keamanan
yakni munculnya berbagai penyakit pandemik.
4. Dunia masih menghadapi epidemi beberapa penyakit infeksi yang berbahaya pada
manusia. Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) terus
memberikan peringatan kepada dunia bahwa penyakit infeksi berbahaya bagi umat
manusia belum sepenuhnya dapat diatasi bahkan penyebarannya cenderung
semakin luas (Yuliyanti, 2020).
Dalam mengatasi permasalahan-permasalahan di atas diperlukan kemajuan dari
riset life science dan bioteknologi khususnya di lingkungan TNI sebagai komponen utama
pertahanan negara mengingat ancaman-ancaman tersebut memerlukan sistem, institusi,
keahlian dan keterampilan khusus dalam penanganannya.
Kondisi Riset Life Science dan Bioteknologi dalam Pengembangan Vaksin dan
Produk Biologi lainnya saat ini. Membahas kondisi riset life science dan bioteknologi di
bidang pengembangan vaksin dan produk biologi lainnya maka berarti harus meninjau
dari sudut pandang organisasi, personel, materiil, sarana-prasarana, dan piranti lunak
dihadapkan pada kondisi di lapangan. Dengan demikian maka akan dapat dijadikan
acuan, baik dalam rangka penyelenggaraan pembinaan itu sendiri maupun dalam
pelaksanaan tugas di lapangan.
a. Organisasi.
Organisasi litbang kesehatan di jajaran TNI saat ini masih belum dapat
dihandalkan sebagaimana mestinya untuk dapat berjalan secara optimal karena
belum memiliki arah dan pedoman riset di bidang kesehatan khususnya riset
bioteknologi. Sehingga fungsi litbang di jajaran kesehatan TNI dirasakan
belum mampu memberikan kontribusi nyata dan signifikan terhadap upaya
peningkatan kemampuan dalam penelitian dan pengembangan khususnya
litbang materiil di bidang pengembangan vaksin dan produk biologi lainnya
(Suwandono, Rukmantara, & Budiman, 2010). Hal ini diakibatkan karena
antara lain:
1) Belum adanya roadmap di bidang penelitian dan pengembangan cluster
kesehatan sehingga orientasi litbang di bidang kesehatan belum terfokus
pada upaya memberikan kontribusi nyata terhadap pemenuhan kebutuhan
iptek TNI di bidang peningkatan derajat kesehatan prajurit TNI.
Vol. 2, No. 6, 2024
638
Sahlan, Hermawan
2) Belum terbentuknya struktur koordinasi antar fungsi litbang di masing-
masing lembaga, yakni antara organisasi litbang kesehatan lembaga litbang
lembaga produksi rumah sakit.
3) Pembinaan litbang di lingkungan Kesehatan TNI tidak berdiri sebagai Sub
Direktorat atau Sub Dinas sendiri, melainkan masih berada di bawah Subdit
yang lain, sebagai contoh di TNI AD, Bagian Litbang berada di bawah
Subditbincab Ditkesad, yang bertanggungjawab
mengakomodir/mengkompilasi litbang lembaga-lembaga penelitian di
lingkungan Ditkesad sehingga menyebabkan pembinaan litbang tidak dapat
berjalan optimal.
4) Pada matra laut dan udara belum terdapat organisasi yang berfungsi khusus
dalam pengembangan riset life science dan bioteknologi, sedangkan di matra
darat sudah terdapat Lembaga Biologi Vaksin (Labiovak) Ditkesad yang
memiliki tugas pokok memproduksi vaksin dan antisera namun memiliki
keterbatasan pada fungsi litbang yang tidak dapat dijalankan secara
maksimal.
5) Belum terdapatnya jabatan fungsional peneliti pertama, muda, madya dan
utama guna mewadahi jabatan peneliti di lingkungan kesehatan TNI (Nalien,
2021).
b. Personel.
Kondisi Sumber Daya Manusia yang diperlukan dalam melakukan riset life
science dan bioteknologi di bidang pengembangan vaksin dan produk biologi
belum memadai, hal ini disebabkan antara lain:
1) Jumlah personel yang memiliki kualifikasi sebagai peneliti sangat jarang
khususnya yang mempunyai Sertifikat Diklat Jabatan Fungsional Peneliti
Tingkat Pertama, Muda dan Madya hingga Utama;
2) Belum adanya standardisasi dalam perekrutan personel yang akan
ditempatkan di organisasi litbang, antara lain:
a) Minimal memiliki gelar S-1
b) Memiliki Pengetahuan, Kecakapan dan Sikap Penelitian,
3) Kurang minatnya personel mendalami riset life science dan bioteknologi
karena rendahnya insentif yang diberikan bagi peneliti maupun perekayasa.
4) Kurangnya akses guna memperoleh beasiswa untuk meningkatkan status
pendidikan formal.
5) Pengiriman personel untuk tugas belajar tidak disesuaikan dengan
perencanaan dan pengembangan SDM yang sesuai dengan tugas dan fungsi
lembaganya.
c. Materiil
1) Belum terdapat kemandirian materiil kesehatan TNI khususnya vaksin dan
produk biologi lainnya.
2) Belum terdapatnya produk hasil inovasi kesehatan TNI khususnya vaksin
dan produk biologi lainnya yang mendukung pelaksanaan tugas TNI.
d. Sarana dan Prasarana.
Kondisi sarana dan prasarana saat ini yang mendukung kegiatan riset life
science dan bioteknologi belum memadai. Hal ini disebabkan antara lain:
1) Belum adanya fasilitas laboratorium yang dapat digunakan kegiatan life
science dan bioteknologi secara terpadu, yang meliputi beberapa kegiatan
Vol. -, No. -, Thn
[Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia Nomor 23/PUU-XIX/2021 Terhadap Undang-
Undang No 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Pkpu) Atas
Dibenarkannya Mengajukan Upaya Kasasi yang
Sebelumnya tidak Dibenarkan]
https://blantika.publikasiku.id/
639
antara lain: penelitian biologi, bioteknologi, genomik, proteomik,
bioinformatika, farmasi biomedis, dan lain sebagainya pada masing-masing
lembaga litbang di lingkungan kesehatan TNI.
2) Belum selesainya pembangunan fasilitas laboratorium BSL-3 di Labiovak
Ditkesad yang akan digunakan sebagai tempat penelitian life science dan
bioteknologi di lingkungan kesehatan Angkatan Darat.
3) Laboratorium litbang yang ada di masing-masing lembaga litbang saat ini
tidak didukung dengan peralatan litbang yang standar
e. Piranti Lunak.
1) Belum terdapat database yang dapat diakses mengenai riset Life Science dan
Bioteknologi yang telah dilakukan di lingkungan kesehatan TNI
2) Masih terbatasnya akses dari TNI ke sumber informasi riset life science dan
bioteknologi yang telah dilakukan baik di dalam negeri maupun luar negeri
3) Belum masuknya para peneliti kesehatan TNI ke dalam Forum Riset Vaksin
Nasional (FRVN) guna meningkatkan koneksitas di bidang riset life science
dan bioteknologi di Indonesia
4) Belum terdapatnya forum riset life science dan bioteknologi di lingkungan
TNI guna membangun jejaring antarsesama komunitas riset life science dan
bioteknologi di tataran litbang kesehatan TNI sehingga dapat dihindari
duplikasi pelaksanaan litbang life science dan bioteknologi dan semakin
mudah mendeteksi jika terdapat lembaga/instansi lain telah melakukan riset
life science dan bioteknologi tertentu.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
1. Faktor Internal.
a. Kekuatan.
1) Matra Darat sudah memiliki Lembaga Biologi Vaksin yang memiliki potensi
untuk melakukan kegiatan riset bioteknologi di bidang pengembangan
vaksin dan produk biologi lainnya.
2) Sudah terdapat beberapa MoU antara TNI dengan beberapa instansi
pemerintah dan perguruan tinggi lainnya, misalnya: dengan Lembaga
Eijkmann, PT. Biofarma (Persero), Universitas Airlangga, Universitas
Hassanudin dan lain sebagainya.
3) Sudah dilakukan beberapa inisiasi penelitian di lingkungan kesehatan TNI,
antara lain pengembangan cell therapy atau stem cell di RSPAD, penelitian
awal malaria di Lakesmil Ditkesad.
b. Kelemahan.
1) Belum masuknya riset life science dan bioteknologi di bidang
pengembangan vaksin dan produk biologi lainnya sebagai riset prioritas di
lingkungan TNI
2) Belum terdapatnya integrasi penelitian-penelitian kesehatan di bidang life
science dan bioteknologi di lingkungan kesehatan TNI yang disebabkan
belum adanya sinergitas antara lembaga litbang kesehatan TNI.
3) Belum terdapatnya laboratorium penelitian life science dan bioteknologi di
lingkungan kesehatan TNI.
4) Terbatasnya Sumber Daya Manusia yang memiliki latar belakang keilmuan
life science dan bioteknologi di bidang pengembangan vaksin dan produk
biologi, antara lain: Bioteknologi Farmasi, Bioteknologi, Biomedis,
Mikrobiologi, Kedokteran Molekuler dan Kedokteran Hewan.
Vol. 2, No. 6, 2024
640
Sahlan, Hermawan
5) Kerjasama di bidang riset life science dan bioteknologi dengan kementerian,
lembaga penelitian, perguruan tinggi dan industri farmasi belum terlasana
dengan optimal.
2. Faktor Eksternal.
a. Peluang.
1) Pemerintah sedang melakukan finalisasi penyusunan Rencana Induk Riset
Nasional 2015 2025.
2) Adanya peluang kerjasama dalam hal bantuan teknik dan pelatihan dalam
menghadapi berbagai bentuk ancaman penyebaran penyakit infeksi menular
melalui beberapa forum internasional misalnya GHSA (Global Health
Security Agenda).
3) Adanya peluang kerjasama penelitian dan pengembangan vaksin bersama
dengan para stakeholders yang tergabung dalam Forum Riset Vaksin
Nasional (FRVN) yang digagas oleh PT. Biofarma (Persero),
4) Terbukanya pengembangan produk biosimilar dari produk bioteknologi yang
patennya akan segera habis yang bernilai ekonomi tinggi seperti
erythropoietin, Herceptin (trastuzumab), streptokinase, dan lain sebagainya
di Labiovak Ditkesad.
b. Ancaman.
1) Militer negara lain mulai mempelajari life science dan bioteknologi
khususnya di bidang penyakit infeksi sejak puluhan tahun tahun yang lalu,
misal AFRIMS (Armed Forces Research Institute of Medical Science) di
Thailand, NAMRU-2 (Naval Medical Research Unit) di Kamboja, dan
USAMRIID (United States Army Medical Research Institute of Infectious
Disease) di Amerika Serikat serta perkembangan bioteknologi dalam
pengembangan pathogen menyebabkan beberapa negara di dunia berpotensi
dan berkemampuan memproduksi bahan baku (agensi biologi)
2) Belum disahkannya Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) sebagai payung
hukum dalam melakukan kegiatan riset bioteknologi di tingkat nasional.
3) Anggaran riset nasional yang baru mencapai 0,99% dari Pendapatan
Domestik Bruto (PDB) belum sanggup mendukung semua penelitian di
bidang bioteknologi sehingga harus dilakukan skala prioritas.
Dalam proses penyempurnaan staf organisasi litbang di lingkungan kesehatan TNI
perlu adanya perkuatan tugas pokok dan fungsi organisasi litbang baik di tingkat
Balakpus, Lembaga maupun Rumah Sakit agar dapat menjadi landasan yang kuat dalam
kerangka pembinaan maupun operasionalnya Dengan menggunakan benchmarck
(pembanding) yakni AFRIMS (Armed Forces Research Institute of Medical Science) di
Bangkok, Thailand dan NAMRU-2 di Kamboja, Kesehatan TNI harus mampu melakukan
riset unggulan di bidang life science dan bioteknologi serta mampu menghasilkan produk
vaksin dan produk biologi lain yang bermutu guna meningkatkan derajat kesehatan
prajurit TNI, PNS beserta keluarganya serta keselamatan segenap bangsa Indonesia.
Beberapa langkah peningkatan kemampuan organisasi litbang di lingkungan kesehatan
TNI antara lain:
a) Memperkuat peran staf/badan pendukung organisasi litbang di lingkungan
kesehatan TNI dimulai dari bagian litbang di tingkat Balakpus yakni Puskes
TNI, dan Direktorat/Dinas Kesehatan Matra.
b) Membentuk fungsi litbang kesehatan di tiap-tiap di Dislitbang tiap-tiap
matra.
Vol. -, No. -, Thn
[Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia Nomor 23/PUU-XIX/2021 Terhadap Undang-
Undang No 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Pkpu) Atas
Dibenarkannya Mengajukan Upaya Kasasi yang
Sebelumnya tidak Dibenarkan]
https://blantika.publikasiku.id/
641
c) Memperkuat fungsi staf litbang di organisasi penelitian, antara lain di
Lembaga Penelitian (Lakesmil, Lakespra, Lakesla, dan Lakesgilut),
Lembaga Produksi Farmasi (Lafi Diskead, Diskesal dan Diskesau, Labiomed
Ditkesad dan Labiovak Ditkesad), Lapalkes Ditkesad dan Rumah Sakit Tipe
A tiap matra.
d) Memperkuat fungsi bagian teknologi informasi di masing-masing organisasi
yang memiliki fungsi litbang kesehatan yang berfungsi untuk
mengumpulkan data penelitian dan mempublikasikannya.
e) Membentuk bagian kerjasama yang mewadahi fungsi pengadaan dan
peningkatan kerjasama antar organisasi penelitian di lingkungan kesehatan
TNI, dengan kementerian dan lembaga negara lainnya, industri farmasi, dan
perguruan tinggi nasional bahkan dengan pihak luar negeri.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam bidang peningkatan Sumber Daya
Manusia antara lain:
1. Melakukan re-validasi staf litbang di lingkungan kesehatan TNI.
2. Mengirimkan personel yang telah atau akan ditempatkan di bagian
litbang untuk mengikuti pelatihan atau kursus peneliti baik tingkat
pertama, muda, madya dan utama di Pusdiklat LIPI dan Pusdiklatjemen
Kemhan RI.
3. Mengajukan pendidikan keahlian lanjutan (S2/S3) di bidang life science
dan bioteknologi antara lain bioteknologi, mikrobiologi, biologi
molekuler, bioteknologi farmasi, imunologi, nanotechnology, kedokteran
molekular, kedokteran tropis bagi personel kesehatan TNI melalui
beasiswa unggulan yang salah satunya adalah LPDP (Lembaga Pengelola
Dana Pendidikan) Kemenkeu RI maupun beasiswa khusus dari Kemhan
RI dan TNI.
4. Mengajukan penambahan personel khususnya yang berlatar belakang
pendidikan dokter, dokter hewan, apoteker, analis, biologi dan teknik
kepada suprasistem
5. Mengirimkan personel untuk mengikuti seminar, workshop, konferensi
mengenai perkembangan teknologi kefarmasian maupun Life Science dan
Bioteknologi terkini.
6. Mengirimkan personel untuk mengikuti workshop and training mengenai
biosafety and biorisk management khususnya bagi personel yang akan
ditempatkan di BSL-3 maupun Laboratorium Biologi lainnya
7. Mengajukan personel Labiovak Ditkesad untuk mengikuti pelatihan,
workshop, seminar, dan konferensi mengenai penanganan CBRN baik
antar kecabangan, antar matra, lingkup nasional maupun internasional.
Materiil
a. Melakukan riset pengembangan seed/bibit untuk vaksin guna mewujudkan
kemandirian materiil kesehatan TNI khususnya vaksin dan produk biologi
lainnya.
b. Melakukan penelitian mengenai produk inovasi kesehatan TNI khususnya
vaksin dan produk biologi lainnya yang mendukung pelaksanaan tugas TNI.
Beberapa penelitian di bidang riset life science dan bioteknologi yang menjadi
prioritas nasional antara lain:
Tabel 3. Riset Prioritas Nasional di Bidang Vaksin dan Produk Biologi
Vol. 2, No. 6, 2024
642
Sahlan, Hermawan
No
Tema Riset
Durasi
Indikator
1
Pengembangan kandidat
vaksin Hepatitis B
therapeutic
5 tahun
Protein Hepatitis B vaksin
therapeutic yang teruji
safety dan efikasi
2
Pengembangan kandidat
vaksin TB generasi baru
5 tahun
Seed vaksin rekombinan
BCG terkarakterisasi
3
Pengembangan human
Erythropoietin
5 tahun
Protein human
Erythropoietin rekombinan
teruji safety dan efikasi
Sarana dan Prasarana.
Dalam melaksanakan pemenuhan sarana dan prasaran dalam rangka peningkatan
riset life science dan bioteknologi perlu dilakukan beberapa kegiatan, antara lain:
- Menyelesaikan pembangunan Laboratorium BSL-3 di Labiovak Ditkesad dan
fasilitas pendukungnya, antara lain: fasilitas pengolahan limbah, fasilitas
bioinformatika, fasilitas hewan uji, fasilitas pengujian pre klinik, dan fasilitas
pembuatan vaksin untuk uji klinik.
- Membangun sarana dan prasarana infolahta baik di masing-masing lembaga
penelitian maupun di tingkat pembina penelitian kesehatan di tiap-tiap matra
guna membangun jaringan data base hasil penelitian dan sumber kepustakaan
yang mendukung riset life science dan bioteknologi.
- Meningkatkan fasilitas pengolahan data pengelitian di masing-masing lembaga
penelitian kesehatan TNI.
- Mendirikan fasilitas pengembangan pelayanan medis penelitian dan pendidikan
bank jaringan dan sel punca (stem cell) di lingkungan Rumah Sakit TNI.
- Mendirikan fasilitas pengembangan pelayanan medis penelitian dan pendidikan
kanker di lingkungan Rumah Sakit TNI
- Menyiapkan fasilitas penanganan korban penyakit infeksi menular berbahaya di
rumah sakit TNI.
KESIMPULAN
Pengobatan melalui produk life science dan bioteknologi seperti vaksin dan produk
biologi lainnya di masa mendatang akan menjadi tren.Belum terdapat roadmap
pengembangan riset life science dan bioteknologi di bidang pengembangan vaksin dan
produk biologi lainnya di lingkungan kesehatan TNI.Terdapat peluang kerjasama riset
serta produksi vaksin dan produk biologi lainnya dengan forum FRVN (Forum Riset
Vaksin Nasional) yang terdiri atas kementerian dan lembaga negara, perguruan tinggi,
dan industri farmasi saat ini. Terdapat Peluang kerjasama riset penyakit infeksi menular
dan produk life science dan bioteknologi melalui forum GHSA. Dalam meningkatkan
peran riset life science dan bioteknologi perlu memperhatikan faktor organisasi, personel,
materiil, sarana dan prasarana serta piranti lunak.
DAFTAR PUSTAKA
Andre, Francis E., Booy, Robert, Bock, Hans L., Clemens, John, Datta,
Sibnarayan K., John, Thekkekara J., Lee, Bee W., Lolekha, S., Peltola,
Heikki, & Ruff, T. A. (2008). Vaccination greatly reduces disease,
Vol. -, No. -, Thn
[Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia Nomor 23/PUU-XIX/2021 Terhadap Undang-
Undang No 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Pkpu) Atas
Dibenarkannya Mengajukan Upaya Kasasi yang
Sebelumnya tidak Dibenarkan]
https://blantika.publikasiku.id/
643
disability, death and inequity worldwide. Bulletin of the World Health
Organization, 86, 140146.
Aziz, Amiruddin. (2016). Perbedaan tingkat komitmen organisasi ditinjau dari
tipe kepribadian pada TNI AD Daerah Militer V Brawijaya. Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Esfandiary, Jennifer Kayla, Liu, Fanny, Nabila, Salsa Putri, Rangga, Ferdinandus
Kaki, & Antoni, Herli. (2023). Kebijakan Hukum Rencana Induk
Pembangunan Industri dalam Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Industri
Kehutanan di Indonesia. AHKAM, 2(2), 252266.
Habsy, Bakhrudin All. (2017). Seni memehami penelitian kuliatatif dalam
bimbingan dan konseling: studi literatur. Jurnal Konseling Andi Matappa,
1(2), 90100.
Indonesia, Republik. (2004). Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang
Tentara Nasional Indonesia. Lembaran Negara RI Tahun.
Indonesia, Sekretariat Negara Republik. (2004). Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.
Lembaran RI Tahun, 34.
Lubis, Arief Fahmi. (2022). Hukum Operasional Dalam Strategi Perang Dan
Militer Dalam Operasi (Kesiapan Perwira Hukum Tni Ad Dalam Doktrin
Hukum Operasional). Penerbit Qiara Media.
Mustofa, Ahmad Zainal. (2021). Analisis Kerjasama Indonesia dan Uni Emirate
Arab (UEA) dalam Bidang Pertahanan (2019-2021). Madani Jurnal Politik
Dan Sosial Kemasyarakatan, 13(02), 109121.
Nalien, Elvira Mulya. (2021). Faktor-Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan
Bureaucratic Trimming Di Pemerintahan Kota Bukittinggi. Jurnal
Kebijakan Pemerintahan, 113.
Pertahanan, Kementerian. (2015). Buku putih pertahanan Indonesia. Jakarta:
Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.
Putra, Ratno Dwi, Supartono, Supartono, & Deni, D. A. R. (2018). Ancaman
Siber Dalam Persfektif Pertahanan Negara (Studi Kasus Sistem Pertahanan
Semesta). Peperangan Asimetris (PA), 4(2).
Raharjo, S. H. T. (2013). Bioteknologi Tanaman Dalam Persepktif Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura. Sintesis Pemikiran Ilmiah Untuk
Pembangunan Wilayah Kepulauan Di Indonesia, Kumpulan Pidato Guru
Besar Unpatti, Edisi I. CV Anugerah Sejati Ambon. 744p, 8.
Suwandono, Agus, Rukmantara, Tubagus Arie, & Budiman, Ryan Prasetya.
(2010). The Dance of Minds: 35 Tahun Badan Litbangkes 1975-2010.
Kementerian Kesehatan RI.
Yuliyanti, W. D. (2020). Upaya World Health Organization (WHO) melalui
Global Malaria Programme (GMP) dalam Mengatasi Penyakit Endemik
Malaria di Indonesia Tahun 2016-2019. Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya.
Yunus, Zalini Binti, bin Mohamed Yunus, Ahmad Razi, bin Osman, Amrish
Shah, Suntharalingam, Chubashini, Huat, Clarence Ko Ching, binti Jafar,
Faizatul Lela, binti Jasman, Junaimah, Lin, Kathryn Tham Bee,
Santhirangathan, Kumravani, & Keng, Loong Shih. (2018). Senarai Semak
Vol. 2, No. 6, 2024
644
Sahlan, Hermawan
Penilaian dan Pemantauan Biosekuriti Makmal Kebangsaan (Dalam
Rangka Kerja Konvensyen Senjata Biologi).