|
|
Blantika:
Multidisciplinary Jornal Volume 2 Number 4, February, 2024 p- ISSN 2987-758X e-ISSN 2985-4199 |
|
|
HEALTH-RELATED QUALITY OF LIFE (HRQL) DARI KANDUNGAN SENYAWA KOPI: STUDI LITERATURE REVIEW Arief
Mukti Mindiroeseno1, Ratna Kusuma Astuti2 Politeknik Insan Husada,
Surakarta, Indonesia Email : dosisganda@gmail.com1, nana_100389@yahoo.co.id2 |
||
|
ABSTRAK Kopi merupakan minuman yang
menjadi konsumsi bagi
sebagian besar penduduk di Indonesia. Kopi
memiliki manfaat kesehatan serta kemampuan untuk mencegah sejumlah penyakit, menurunkan
angka kematian dan morbiditas, serta meningkatkan harapan hidup. Kopi
terbukti mencegah dan mengurangi risiko beberapa penyakit kronis, antara lain
hipertensi, penyakit jantung, aritmia, kanker hati, obesitas, dan diabetes
tipe 2. Kopi mengandung lebih dari 1000 fitokimia, termasuk kafein, asam
klorogenat (CGA), alkaloid, fenolik, lakton, diterpen, kafestol, kahweol,
niasin, karbohidrat, lemak, vitamin B3, magnesium, dan kalium. Kafein mempunyai manfaat dalam menetralkan efek adenosin, dan meningkatkan kewaspadaan, serta mengurangi
kelelahan. Polifenol pada
kopi juga berperan sebagai agen anti penuaan dengan cara menghambat pembentukan
radikal bebas pada kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kandungan senyawa kopi dan manfaat dari minum kopi untuk kesehatan. Metode
penelitian yang dilakukan yaitu menggunakan studi literatur dengan
mengumpulkan sejumlah artikel atau jurnal yang berkaitan dengan masalah dan
tujuan penelitian. Kopi telah terbukti
menurunkan kadar kortisol dalam darah, oleh karena itu kopi dapat membantu
relaksasi. Kopi berkafein memiliki efek akut pada kadar kortisol serum tetapi
tidak berpengaruh pada kadar glukosa darah. Banyak aspek karakterisasi dampak
kafein pada otak masih belum dilakukan kajian lebih mendalam, namun karakterisasi
efek kronis dari kebiasaan konsumsi kopi dan kafein pada arsitektur
fungsional otak serta bagi kesehatan manusia. Kata Kunci: kopi, kafein, kualitas kesehatan
hidup. ABSTRACT Coffee is
a drink that is consumed by the majority of the population in Indonesia.
Coffee has health benefits and the ability to prevent a number of diseases,
reduce mortality and morbidity rates, and increase life expectancy. Coffee
has been proven to prevent and reduce the risk of several chronic diseases,
including hypertension, heart disease, arrhythmia, liver cancer, obesity and
type 2 diabetes. Coffee contains more than 1000 phytochemicals, including
caffeine, chlorogenic acid (CGA), alkaloids, phenolics, lactones ,
diterpenes, cafestol, kahweol, niacin, carbohydrates, fats, vitamin B3,
magnesium and potassium. Caffeine has benefits in neutralizing the effects of
adenosine, and increasing alertness, and reducing fatigue. Polyphenols in
coffee also act as anti-aging agents by inhibiting the formation of free radicals
in the skin. This research aims to determine the compound content of coffee
and the benefits of drinking coffee for health. The research method used is
using literature study by collecting a number of articles or journals related
to the problem and research objectives. Coffee has been shown to reduce
cortisol levels in the blood, therefore coffee can help with relaxation.
Caffeinated coffee has an acute effect on serum cortisol levels but has no
effect on blood glucose levels. Many aspects of the characterization of the
impact of caffeine on the brain have not yet been studied in more depth, but
the characterization of the chronic effects of habitual coffee and caffeine
consumption on the functional architecture of the brain and on human health. Keywords: coffee, caffeine, health quality of life. |
||
|
|
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International |
|
PENDAHULUAN
Kopi merupakan minuman yang menjadi konsumsi bagi
sebagian besar penduduk di Indonesia. Kopi memiliki senyawa kimia seperti
kafein dan asam klorogenat. Kafein adalah senyawa methylxanthine yang merangsang sistem saraf pusat dan paling sering
ditemui di kopi, teh, dan minuman ringan. Penggunaan kafein adalah untuk
mengobati kantuk dan mengurangi kelelahan fisik. Namun, efek samping negatif
dari penggunaan kafein dapat terjadi dan termasuk kecemasan, peningkatan
tekanan darah, dan penurunan keterampilan motorik halus (Lisko et al., 2017). Asam klorogenat merupakan suatu senyawa yang termasuk
kedalam komponen fenolik, mempunyai sifat yang larut dalam air dan terbentuk
dari esterifikasi asam quinic dan asam transcinnamic tertentu seperti asam
kafein, asam ferulic, dan asam pcoumaric (Farhaty &
Muchtaridi, 2016). Biji Kopi hijau Robusta paling banyak mengandung asam
klorogenat dibandingkan dengan biji kopi lainnya. Nilai kandungan asam
klorogenat pada biji kopi robusta mencapai 6,1-11,3 mg per gram biji kopi (Farah & Ferreira
dos Santos, 2015).
Asam klorogenat termasuk keluarga dari ester yang
terbentuk dari gabungan asam kuinat dan beberapa asam trans-sinamat, umumnya
kafein, pcoumaric, dan asam ferulat. Asam klorogenat adalah suatu senyawa yang
termasuk ke dalam komponen fenolik, mempunyai sifat yang larut di dalam air.
Subgrup utama dari isomer asamklorogenat pada kopi adalah
caffeoylquinicacid (CQA), feruloylquinicacid (FQA), dicaffeoylquinicacid
(diCQA), dan p-couma-roylquinicacid (p-CQA)
pada jumlah
yang lebih kecil (Dewajanti, 2019). Asam klorogenat merupakan salah satu jenis komponen
bioaktif yang ada pada kopi. Asam klorogenat adalah suatu senyawa yang termasuk
kedalam komponen fenolik, mempunyai sifat yang larut dalam air dan terbentuk
dari esterifikasi asam quinic dan asam transcinnamic tertentu seperti
asam kafein, asam ferulic, dan asam pcoumaric. Asam klorogenat juga seringkali
dikenal dengan nama 5-caff eoylquinic acid (Santana-Gálvez et al.,
2017). Kandungan asam klorogenat pada 200 ml gelas kopi
sebesar 100–350 mg (De Rosso et al., 2018). Kandungan asam klorogenat paling banyak ditemukan pada
jenis kopi hijau. Jenis kopi hijau terutama jenis robusta paling banyak
mengandung asam klorogenat yaitu sebesar 6.1–11.3 mg per gram. Perbedaan
kandungan asam klorogenat tidak hanya didasarkan pada jenis saja, adanya
beberapa faktor seperti pemanasan atau penyangraian biji kopi hijau atau
disebut juga roasted coffee (Gloess et al., 2014).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kandungan senyawa kopi dan manfaat dari minum kopi untuk kesehatan. Kopi mengandung senyawa kafein, asam palmitat, asam
linoleat, dan asam stearat serta mengandung polifenol yang sangat tinggi.
Polifenol di dalam kopi sangat kaya dengan caffeoylquinic acids (CQAs),
feruloylquinic acids (FQAs), dicaffe oylquinic acids (diCQAs), serta asam
klorogenat. Di antara senyawa polifenol yang paling banyak terdapat di dalam
kopi adalah asam klorogenat (Ayelign & Sabally,
2013). Asam klorogenat merupakan komponen fenolik utama di
dalam kopi. Hasil penelitian menyatakan bahwa asam klorogenat merupakan salah
satu antioksidan poten dari senyawa fenolik yang mampu menghambat aktivitas
xantin oksidase sehingga dapat menurunkan kadar asam urat serum pada penderita
hiperurisemia (Mangiwa et al., 2015). Berdasarkan studi yang telah dilakukan terhadap tanaman
kopi, diperoleh adanya penurunan kadar malondialdehida pada tikus yang
hiperurisemia. Malondialdehida merupakan produk dari peroksidasi lipid yang
terjadi karena tingginya beban oksidatif pada penderita hiperurisemia (Dewajanti et al.,
2018). Kopi juga terbukti mencegah dan mengurangi risiko
beberapa penyakit kronis, antara lain hipertensi, penyakit jantung, aritmia,
kanker hati, obesitas, dan diabetes tipe 2 (Poole et al., 2017)(van Dam et al., 2020a).
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah metode Literature
review. Studi literatur merupakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
dengan mengumpulkan sejumlah artikel atau jurnal yang berkaitan dengan masalah
dan tujuan penelitian. Teknik ini dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan
berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang
dihadapi/diteliti sebagai bahan rujukan dalam pembahasan hasil penelitian.
Analisa data yang digunakan yaitu dengan menggunakan tematik analisis. Analisa
tematik adalah salah satu cara untuk mendapatkan hasil dengan melakukan analisa
data yang bertujuan untuk mengidentifikasi pola atau menentukan tema melalui
data yang telah dikumpulkan oleh penelitian, adapun tahapan analisis data meliputi (1) Compare,
menemukan kesamaan di antara beberapa literature; (2) Contrast,
menemukan perbedaan di antara beberapa literature dan diambil kesimpulan dan
(3) Criticize, memberikan pendapat sendiri berdasarkan sumber yang
dibaca.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kopi adalah minuman yang
paling populer dikonsumsi di seluruh dunia, dan diyakini secara luas memiliki
manfaat kesehatan serta kemampuan untuk mencegah sejumlah penyakit, menurunkan
angka kematian dan morbiditas, serta meningkatkan harapan hidup (Farah, 2018); (Yamakawa et al., 2019). Kopi terbukti mencegah dan mengurangi risiko
beberapa penyakit kronis, antara lain hipertensi, penyakit jantung, aritmia,
kanker hati, obesitas, dan diabetes tipe 2 (Poole et al., 2017)(van Dam et al., 2020a). Kopi memiliki berbagai
efek farmakologi, termasuk kemampuan untuk bertindak sebagai agen antihiperglikemik.
Kopi mengandung lebih dari 1000 fitokimia, termasuk kafein, asam klorogenat
(CGA), alkaloid, fenolik, lakton, diterpen, kafestol, kahweol,
niasin, karbohidrat, lemak, vitamin B3, magnesium, dan kalium (Poole et al., 2017). Secangkir kopi arabika
mengandung 50–100 mg kafein, 35–100 mg asam klorogenat/100 mL, 10 mg
asam nikotinat, dan 40–50 mg trigonelin (Ballis, 2019). Kafein merupakan
alkaloid xanthine sebagai senyawa bioaktif yang meningkatkan memori
jangka panjang dan merangsang sistem saraf pusat (Hassan Als, 2020). Xanthine adalah
zat yang dapat merangsang sistem saraf dan menghasilkan keadaan waspada dalam
waktu singkat. Methylxanthines adalah antagonis kompetitif reseptor
adenosin A1 dan A2 yang ditemukan di seluruh tubuh, termasuk jantung, pembuluh
perifer, trombosit, paru-paru, dan otak (Camargo & Camargo, 2019).
Kafein merupakan zat ergogenik
yang meningkatkan performa fisik (Camargo & Camargo, 2019)(Chang et al., 2018). Kafein menetralkan efek
adenosin, dan dosis sedang (40-200 mg) meningkatkan kewaspadaan, mengurangi
kelelahan, dan mempersingkat waktu reaksi (Ballis, 2019). Adenosine
adalah vasodilator, dan penghambatannya menyebabkan refleks
simpatis diaktifkan. Kafein bekerja dengan memblokir reseptor adenosin A1 dan
A2, serta memengaruhi sistem saraf otonom (ANS), mencegah adenosis, yang
menghasilkan aktivitas sistem saraf pusat (SSP) melalui pelepasan katekolamin (Pradhan et al., 2022). Kafein memiliki efek
anti-obesitas karena menekan nafsu makan, meningkatkan keseimbangan energi,
laju metabolisme basal, dan thermogenesis dengan meningkatkan ekspresi uncoupling
protein-1 pada jaringan lemak coklat dan merangsang sistem saraf simpatik (Dam et
al.,
2020). Kafein juga bermanfaat untuk menurunkan berat badan karena menekan nafsu
makan (van Dam et
al., 2020a). Asupan kafein 6 mg/kg yang diulang sepanjang
hari meningkatkan pengeluaran energi 24 jam sebesar 5% (van Dam et al., 2020b).
Asam klorogenat dan kafein berperan dalam mengatur metabolisme glukosa (Poole et al., 2017). Polifenol kopi juga
telah terbukti melindungi dari steatosis hati dan fibrogenesis dengan
meningkatkan homeostasis lemak dan menurunkan stres oksidatif. Polifenol
berperan sebagai agen anti penuaan dengan cara menghambat pembentukan radikal
bebas pada kulit (van Dam et al., 2020b).
Konsumsi kopi berkaitan dengan dengan penyakit metabolik, endokrin, dan kardiovaskular.
Mengkonsumsi kopi hitam mengurangi risiko dislipidemia, penyakit jantung
koroner, pradiabetes, dan diabetes tipe 2, yang semuanya terkait dengan polimorfisme
genetik (Abalo, 2021).
Mekanisme kopi
mengurangi risiko diabetes tipe 2 masih dirahasiakan, dan diperlukan lebih
banyak penelitian. Konsumsi kopi secara teratur dalam jangka panjang dapat
mengurangi risiko pengembangan diabetes tipe 2, tetapi buktinya masih belum meyakinkan
(Bae et al.,
2014). Kopi memiliki berbagai
efek pada metabolisme glukosa, termasuk aktivitas hormon tertentu (van Dam et al., 2020b).
Konsumsi kopi jangka pendek dan jangka panjang mungkin memiliki efek yang
berbeda pada metabolisme glukosa, dan penelitian ini hanya melihat efek akut
dari konsumsi kopi. Kopi telah terbukti menurunkan kadar kortisol dalam darah,
oleh karena itu kopi dapat membantu relaksasi. Kopi berkafein memiliki efek
akut pada kadar kortisol serum tetapi tidak berpengaruh pada kadar glukosa
darah. Efek kafein pada glukosa darah disebabkan oleh
sifat euglikemiknya, yang mengurangi sensitivitas insulin jangka pendek
sekaligus menghambat glikogenesis otot akibat peningkatan pelepasan epinefrin
(Dam et al., 2020).
Kopi dapat meningkatkan
sensitivitas insulin pada subjek pria sehat (Reis et al., 2018). Konsumsi kopi
mengurangi sensitivitas insulin selama 100-180 menit. Dalam
penelitian selama empat minggu pada orang sehat, konsumsi kopi meningkatkan
sekresi insulin tetapi tidak berpengaruh pada kadar glukosa darah (Dam et al.,
2020). Bilge et al., (2017) menemukan bahwa konsumsi kopi memengaruhi
kadar glukosa plasma dan leptin tetapi tidak memengaruhi kadar insulin dan kortisol
plasma. Kopi juga meningkatkan sekresi insulin sel beta pankreas dengan
cara meningkatkan sekresi glucagon-like peptide 1 (GLP-1), yaitu hormon yang
disekresikan oleh usus yang berperan dalam stimulasi insulin (Fujii et al., 2015). Kopi tidak hanya
menurunkan kadar glukosa darah tetapi juga HbA1c pada penderita diabetes
dan non-diabetes melalui hormon adiponektin (Bhaktha, 2015).
Kopi dianggap anti stres
karena menurunkan sekresi kortisol, yang mengurangi stres dan depresi (Papakonstantinou et al., 2015).
Namun, ada yang berpendapat bahwa hal itu menyebabkan stres dan depresi (Lire Wachamo, 2017). Kafein memiliki sifat neuroprotektif,
seperti menurunkan risiko depresi dan bunuh diri, demensia, dan stroke, tetapi
konsumsi dosis tinggi (1200 mg atau lebih) cenderung menyebabkan gangguan
tidur, kecemasan berat, jantung berdebar, dan tekanan darah tinggi. Kafein
meningkatkan sekresi katekolamin, yang merangsang aktivitas sistem saraf otonom
(ANS) (Pradhan et al., 2022). Kafein
memiliki efek berbeda pada kadar kortisol tergantung pada apakah itu akut atau
kronis. Setelah empat minggu, konsumsi kafein secara teratur tidak berpengaruh
pada kadar kortisol. Kopi berkafein mengurangi sekresi kortisol pada orang
sehat dalam jangka pendek. Kopi memiliki sifat anti-diabetes dan
anti-stres, karena konsumsi satu cangkir kopi hitam Arabika mengurangi kadar
kortisol pada wanita sehat (Gavrieli et al., 2011).
Kafein bertindak sebagai antagonis reseptor
adenosin A1 dan A2A pada otak, sehingga menyebabkan hipereksitabilitas sistem
saraf pusat yang memberikan efek dalam berbagai domain, seperti ketahanan fisik
(Southward et al.,
2018), kewaspadaan, ketangkasan (Killgore &
Kamimori, 2020), suasana hati (Sane et al., 2019) memori, dan fungsi
kognitif (Franceschini et
al., 2020). Studi juga membukatikan bahwa asupan kopi/kafein
dapat menormalkan kecemasan, meskipun dosis kafein yang lebih tinggi mungkin
bersifat anxiogenik dengan mengganggu aksis HPA. Studi epidemiologi pada hewan
menyimpulkan bahwa antagonis reseptor kopi, kafein dan adenosin melemahkan
beban gangguan neurodegeneratif seperti Alzheimer, atau gangguan
kejiwaan seperti depresi (Wang et al., 2016). Antagonisme kronis baik
reseptor A1 atau A2 tampaknya menginduksi upregulasi dari yang pertama, tetapi
bukan yang terakhir. Rasio reseptor yang berubah yang dihasilkan dapat
menjelaskan pergeseran dari efek psikomotorik seperti perhatian, kewaspadaan
menuju pada pengaruh kopi jangka panjang yaitu resistensi stres, perlindungan
saraf efek (Kaster et al.,
2015).
Pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI)
memungkinkan mempelajari, dengan cara noninvasif, fungsi otak manusia selama
pelaksanaan tugas yang berbeda atau saat istirahat (Soares et al.,
2016). Sebagian besar penelitian menggunakan fMRI
difokuskan untuk mengukur efek asupan kafein di otak yang menunjukkan
peningkatan yang berhubungan dengan kafein dalam sinyal tingkat ketergantungan
oksigenasi darah (BOLD) di area kortikal dan subkortikal yang berbeda selama
tugas visuomotor, dampak pada memori kerja dan perfusi pada subyek lanjut usia,
peningkatan aktivasi BOLD di korteks frontopolar dan cingulate
selama tugas memori kerja verbal 2-belakang (Haller et al.,
2017). Peningkatan global yang diinduksi kafein dalam
entropi otak, mungkin mewakili peningkatan kapasitas pemrosesan (Chang et al., 2018). Namun, sangat sedikit
penelitian yang dilakukan untuk mempelajari efek akut kafein dalam konektivitas
fungsional saat istirahat. Beberapa studi mengungkapkan kecenderungan umum
untuk pengurangan konektivitas fungsional yang diinduksi kafein, terkait dengan
fluktuasi daya neuro-listrik yang diukur melalui magnetoensefalografi
dan antikorelasi yang diperburuk. Terlepas dari literatur yang ada, banyak
aspek karakterisasi dampak kafein pada otak masih belum dilakukan kajian
lebih mendalam, namun karakterisasi efek kronis dari kebiasaan konsumsi
kopi dan kafein pada arsitektur fungsional otak (Metasari et al.,
2023).
KESIMPULAN
Penelitian
yang dilakukan dapat disimpulkan jika kopi merupakan minuman yang dapat dikonsumsi oleh
penduduk di Indonesia.
Kopi memiliki manfaat kesehatan serta kemampuan untuk mencegah sejumlah
penyakit, menurunkan angka kematian dan morbiditas, serta meningkatkan harapan
hidup. Kopi
terbukti mencegah dan mengurangi risiko beberapa penyakit kronis, antara lain
hipertensi, penyakit jantung, aritmia, kanker hati, obesitas, dan diabetes tipe
2. Kopi
mengandung lebih dari 1000 fitokimia, termasuk kafein, asam klorogenat (CGA),
alkaloid, fenolik, lakton, diterpen, kafestol, kahweol, niasin, karbohidrat,
lemak, vitamin B3, magnesium, dan kalium.
Kafein mempunyai
manfaat dalam menetralkan efek adenosin, dan meningkatkan kewaspadaan, serta mengurangi
kelelahan. Polifenol
pada kopi juga berperan
sebagai agen anti penuaan dengan cara menghambat pembentukan radikal bebas pada
kulit. Kopi
telah terbukti menurunkan kadar kortisol dalam darah, oleh karena itu kopi
dapat membantu relaksasi. Kopi berkafein memiliki efek akut pada kadar kortisol
serum tetapi tidak berpengaruh pada kadar glukosa darah. Banyak aspek
karakterisasi dampak kafein pada otak masih belum dilakukan kajian lebih
mendalam, namun karakterisasi efek kronis dari kebiasaan konsumsi kopi dan
kafein pada arsitektur fungsional otak serta bagi kesehatan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Abalo,
R. (2021). Coffee and Caffeine Consumption for Human Health. Nutrients, 13(9),
2918. https://doi.org/10.3390/nu13092918
Ayelign, A., & Sabally, K. (2013). Determination of
chlorogenic acids (CGA) in coffee beans using HPLC. American Journal of
Research Communication, 1(2), 78–91.
Bae, J.-H., Park, J.-H., Im, S.-S., & Song, D.-K. (2014).
Coffee and health. Integrative Medicine Research, 3(4), 189–191.
https://doi.org/10.1016/j.imr.2014.08.002
Ballis, A. S. (2019). Coffee a worldwide trend with health
benefits. Acta Scientific Nutritional Health, 3(3), 70–73.
Bhaktha, G. (2015). Relationship of Caffeine with Adiponectin
and Blood Sugar Levels in Subjects with and without Diabetes. JOURNAL OF
CLINICAL AND DIAGNOSTIC RESEARCH.
https://doi.org/10.7860/JCDR/2015/10587.5371
Bilge, U., Ünlüoğlu, İ., Sari, G., Mengulluoglu,
N., Bilge, N., & Bilgin, M. (2017). The acute effect of coffee intake on
hormones that affect glucose and glucose metabolism in healthy individuals. BIOMEDICAL
RESEARCH-INDIA, 28.
Camargo, M. A. F., & Camargo, C. A. C. M. (2019). Effects
of Caffeine on the Organism—Literature Review. OALib, 06(03), 3.
https://doi.org/10.4236/oalib.1105265
Chang, D., Song, D., Zhang, J., Shang, Y., Ge, Q., &
Wang, Z. (2018). Caffeine caused a widespread increase of resting brain
entropy. Scientific Reports, 8(1), 2700.
De Rosso, M., Colomban, S., Flamini, R., & Navarini, L.
(2018). UHPLC‐ESI‐QqTOF‐MS/MS characterization of minor
chlorogenic acids in roasted <scp> Coffea arabica </scp>
from different geographical origin. Journal of Mass Spectrometry, 53(9),
2. https://doi.org/10.1002/jms.4263
Dewajanti, A. M. (2019). Peranan asam klorogenat tanaman kopi
terhadap penurunan kadar asam urat dan beban oksidatif. Jurnal Kedokteran
Meditek, 25(1), 46–51.
Dewajanti, A. M., Sumbayak, E. M., & Neno, M. A. (2018).
Uji aktivitas antioksidan infusa biji kopi Arabika (Coffea arabica L.):
Pengukuran kadar malondialdehid (MDA) pada tikus Wistar (Rattus novergicus)
hiperurisemia. Jurnal Kedokteran Meditek.
Farah, A. (2018). Nutritional and health effects of coffee. Achieving
Sustainable Cultivation of Coffee, 1st Ed.; Lashermes, P., Ed, 259–290.
Farah, A., & Ferreira dos Santos, T. (2015). The Coffee
Plant and Beans. In Coffee in Health and Disease Prevention (pp. 5–10).
Elsevier. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-409517-5.00001-2
Farhaty, N., & Muchtaridi, M. (2016). Tinjauan kimia dan
aspek farmakologi senyawa asam klorogenat pada biji kopi. Farmaka, 14(1),
214–227.
Franceschini, S., Lulli, M., Bertoni, S., Gori, S., Angrilli,
A., Mancarella, M., Puccio, G., & Facoetti, A. (2020). Caffeine improves
text reading and global perception. Journal of Psychopharmacology, 34(3),
315–325.
Fujii, Y., Osaki, N., Hase, T., & Shimotoyodome, A.
(2015). Ingestion of coffee polyphenols increases postprandial release of the
active glucagon-like peptide-1 (GLP-1 (7–36)) amide in C57BL/6J mice. Journal
of Nutritional Science, 4, e9.
Gavrieli, A., Yannakoulia, M., Fragopoulou, E.,
Margaritopoulos, D., Chamberland, J. P., Kaisari, P., Kavouras, S. A., &
Mantzoros, C. S. (2011). Caffeinated Coffee Does Not Acutely Affect Energy
Intake, Appetite, or Inflammation but Prevents Serum Cortisol Concentrations
from Falling in Healthy Men1–4. The Journal of Nutrition, 141(4),
703–707. https://doi.org/10.3945/jn.110.137323
Gloess, A. N., Vietri, A., Wieland, F., Smrke, S.,
Schönbächler, B., López, J. A. S., Petrozzi, S., Bongers, S., Koziorowski, T.,
& Yeretzian, C. (2014). Evidence of different flavour formation dynamics by
roasting coffee from different origins: On-line analysis with PTR-ToF-MS. International
Journal of Mass Spectrometry, 365–366, 324–337.
https://doi.org/10.1016/j.ijms.2014.02.010
Haller, S., Montandon, M.-L., Rodriguez, C., Moser, D., Toma,
S., Hofmeister, J., & Giannakopoulos, P. (2017). Caffeine impact on working
memory-related network activation patterns in early stages of cognitive
decline. Neuroradiology, 59, 387–395.
Hassan Als, A. (2020). The Effect of Coffee Consumption on
Blood Glucose: A Review. Pakistan Journal of Nutrition, 19(9),
420–429. https://doi.org/10.3923/pjn.2020.420.429
Kaster, M. P., Machado, N. J., Silva, H. B., Nunes, A.,
Ardais, A. P., Santana, M., Baqi, Y., Müller, C. E., Rodrigues, A. L. S., &
Porciúncula, L. O. (2015). Caffeine acts through neuronal adenosine A2A
receptors to prevent mood and memory dysfunction triggered by chronic stress. Proceedings
of the National Academy of Sciences, 112(25), 7833–7838.
Killgore, W. D. S., & Kamimori, G. H. (2020). Multiple
caffeine doses maintain vigilance, attention, complex motor sequence
expression, and manual dexterity during 77 hours of total sleep deprivation. Neurobiology
of Sleep and Circadian Rhythms, 9, 100051.
Lire Wachamo, H. (2017). Review on Health Benefit and Risk of
Coffee Consumption. Medicinal & Aromatic Plants, 06(04).
https://doi.org/10.4172/2167-0412.1000301
Lisko, J. G., Lee, G. E., Kimbrell, J. B., Rybak, M. E.,
Valentin-Blasini, L., & Watson, C. H. (2017). Caffeine concentrations in
coffee, tea, chocolate, and energy drink flavored e-liquids. Nicotine &
Tobacco Research, 19(4), 484–492.
Mangiwa, S., Futwembun, A., & Awak, P. M. (2015). Kadar
asam klorogenat (CGA) dalam biji kopi arabika (Coffea arabica) asal Wamena,
Papua. Hydrogen: Jurnal Kependidikan Kimia, 3(2), 313–317.
Metasari, A. R., Sumarni, S., & Kamsiar, K. (2023).
Factors Related To The Incident Of Stunting (Economic Status And Exclusive
Breastfeeding) In Toddler Age 25-59 Months. Blantika: Multidisciplinary
Journal, 2(1), 109–116.
Papakonstantinou, E., Kechribari, I., Sotirakoglou, Κ.,
Tarantilis, P., Gourdomichali, T., Michas, G., Kravvariti, V., Voumvourakis,
K., & Zampelas, A. (2015). Acute effects of coffee consumption on
self-reported gastrointestinal symptoms, blood pressure and stress indices in
healthy individuals. Nutrition Journal, 15(1), 26.
https://doi.org/10.1186/s12937-016-0146-0
Poole, R., Kennedy, O. J., Roderick, P., Fallowfield, J. A.,
Hayes, P. C., & Parkes, J. (2017). Coffee consumption and health: umbrella
review of meta-analyses of multiple health outcomes. BMJ, j5024.
https://doi.org/10.1136/bmj.j5024
Pradhan, B. K., Jarzębski, M., Gramza-Michałowska,
A., & Pal, K. (2022). Automated Detection of Caffeinated Coffee-Induced
Short-Term Effects on ECG Signals Using EMD, DWT, and WPD. Nutrients, 14(4),
7. https://doi.org/10.3390/nu14040885
Reis, C. E. G., Paiva, C. L. R. dos S., Amato, A. A.,
Lofrano-Porto, A., Wassell, S., Bluck, L. J. C., Dórea, J. G., & da Costa,
T. H. M. (2018). Decaffeinated coffee improves insulin sensitivity in healthy
men. British Journal of Nutrition, 119(9), 1029–1038.
Sane, R. M., Jadhav, P. R., & Subhedar, S. N. (2019). The
acute effects of decaffeinated versus caffeinated coffee on reaction time, mood
and skeletal muscle strength. Journal of Basic and Clinical Physiology and
Pharmacology, 30(5).
Santana-Gálvez, J., Cisneros-Zevallos, L., &
Jacobo-Velázquez, D. (2017). Chlorogenic Acid: Recent Advances on Its Dual Role
as a Food Additive and a Nutraceutical against Metabolic Syndrome. Molecules,
22(3), 358. https://doi.org/10.3390/molecules22030358
Soares, J. M., Magalhães, R., Moreira, P. S., Sousa, A.,
Ganz, E., Sampaio, A., Alves, V., Marques, P., & Sousa, N. (2016). A
Hitchhiker’s guide to functional magnetic resonance imaging. Frontiers in
Neuroscience, 10, 515.
Southward, K., Rutherfurd-Markwick, K. J., & Ali, A.
(2018). The effect of acute caffeine ingestion on endurance performance: a
systematic review and meta–analysis. Sports Medicine, 48,
1913–1928.
van Dam, R. M., Hu, F. B., & Willett, W. C. (2020a).
Coffee, caffeine, and health. New England Journal of Medicine, 383(4),
369–378.
van Dam, R. M., Hu, F. B., & Willett, W. C. (2020b).
Coffee, Caffeine, and Health. New England Journal of Medicine, 383(4),
369–378. https://doi.org/10.1056/NEJMra1816604
Wang, L., Shen, X., Wu, Y., & Zhang, D. (2016). Coffee
and caffeine consumption and depression: A meta-analysis of observational
studies. Australian & New Zealand Journal of Psychiatry, 50(3),
228–242.
Yamakawa, M., Wada, K., Goto, Y., Mizuta, F., Koda, S., Uji,
T., & Nagata, C. (2019). Associations between coffee consumption and
all-cause and cause-specific mortality in a Japanese city: the Takayama study. Public
Health Nutrition, 22(14), 2561–2568.
https://doi.org/10.1017/S1368980019000764