Blantika: Multidisciplinary Jornal

Volume 2 Number 6, April, 2024

p- ISSN 2987-758X e-ISSN 2985-4199

 

PENINGKATAN PENGUASAAN KOSA KATA PADA DESCRIPTIVE TEXT MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING KELAS VII A SMPN 1 MULIA PUNCAK JAYA

                 

Nathalia Parinding1, Arin Arianti2, Atika Hernian Asri3

Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Indonesia

E-mail: : nathaliaparinding07@gmail.com1, ariantiarin7@gmail.com2, atikahernian16@gmail.com3

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan kosa kata siswa kelas VIIA. Partisipan penelitian terdiri dari 20 siswa yang memiliki keterbatasan dalam penguasaan kosakata. Penelitian ini menggunakan pendekatan Technology Pedagogical and  Content Knowledge ( TPaCK)  dengan model pembelajaran Problem based learning, metode penelitian tindakan kelas, dan menggunakan media spin the wheel. Data dikumpulkan melalui observasi kelas, dokumentasi, presentasi dan tes tertulis. Pada setiap siklus, tindakan intervensi dilakukan berdasarkan prinsip pendekatan TPaCK. Intervensi tersebut melibatkan penggunaan gadget  dan aktivitas berbasis masalah untuk memperkenalkan dan mengkonsolidasikan kosa kata baru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan TPCaK secara signifikan meningkatkan penguasaan kosakata siswa kelas VIIA.

 

Kata Kunci: kosakata, tpack, pbl, ptk, spin the wheel

 

ABSTRACT

This research aims to improve vocabulary mastery of class VIIA students. The research participants consisted of 20 students who had limitations in mastering vocabulary. This research uses a Technology Pedagogical and Content Knowledge (TPaCK) approach with a problem based learning model, classroom action research method, and uses spin the wheel media. Data is collected through classroom observations, documentation, presentations and written tests. In each cycle, intervention actions are carried out based on the principles of the TPaCK approach. The intervention involves the use of gadgets and problem-based activities to introduce and consolidate new vocabulary. The research results showed that the application of the TPCaK approach significantly increased vocabulary mastery of students VIIA class.

 

Keywords: vovabulary, tpack, pbl, ptk, spin the wheel

qw56

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International

 

PENDAHULUAN

 

Bahasa memiliki peran sentral dalam rangka perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa. Dengan belajar bahasa, siswa dapat mengembangkan kecerdasan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan siswa juga dapat dikembangkan untuk bergaul dengan sesamanya, dan dengan masyarakat di luar lingkungannya. Dengan kemampuan berkomunikasi yang baik, baik secara lisan maupun tertulis, siswa akan dapat menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi dengan lebih cepat dan lebih baik. Oleh sebab itu, pendidikan bahasa, baik bahasa ibu, bahasa nasional, maupun bahasa internasional ditekankan pada kompetensi komunikatif. Kemampuan bahasa lisan memerlukan pengetahuan tentang bahasa yang digunakan dalam hal ini, yakni tata bahasa, kosakata, penggunaan bentuk yang tepat untuk fungsi tertentu. Selain itu, keterampilan untuk mengomunikasikan pesan, yaitu penggunaan formula verbal atau penyesuaian terhadap kata- kata.

Bahasa Inggris memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam era globalisasi. Sebagian masyarakat multibahasa menggunakan bahasa Inggris dalam berbagai bidang kehidupan. Salah satu di antaranya adalah di bidang pariwisata. Salah satu komponen pembelajaran bahasa Inggris adalah pemahaman dan penguasaan kosakata. Pemahaman dan penguasaan kosakata secara umum dianggap sebagai bagian penting dari proses pembelajaran suatu bahasa ataupun pengembangan kemampuan seseorang dalam suatu bahasa yang sudah dikuasai. Penguasaan kosakata merupakan hal yang paling mendasar yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris. Tanpa memiliki kosakata yang memadai, siswa akan mengalami kesulitan dalam mencapai kompetensi dasar berbahasa Inggris. Sebaliknya, semakin banyak kosakata bahasa Inggris dikuasai dan dipahami oleh siswa maka semakin mudah siswa tersebut mempelajari dan memahami bahasa Inggris. Sebagian besar siswa mempelajari bahasa baru cenderung dipengaruhi oleh bahasa pertama, kemudian berangsur-angsur berkembang lebih akurat dan berstruktur. Hal ini terjadi akibat siswa terpengaruh bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama dan selalu berdasarkan instruksi guru, dalam hal ini guru bukan penutur asli dan masih dipengaruhi tuturan bahasa pertama, fonologi, dan struktur kalimat sehingga pengajaran masih terfokus pada kosakata.

Seperti yang dikatakan oleh Tarigan (2015:2) kualitas keterampilan berbahasa seseorang bergantung kepada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya. Semakin kaya kosakata yang kita miliki, semakin besar pula kemungkinan kita terampil berbahasa, (Rikmasari & Budianti, 2019). Penguasaan kosa kata Bahasa inggris sangat penting bagi siswa SMP, terutama karena Bahasa inggris merupakan Bahasa internasional yang digunakan diseluruh dunia. Namun, banyak siswa kesulitan dalam memperluas kosa kata mereka karena kurangnya konteks dan kesempatan untuk menggunakan Bahasa inggris secara aktif di lingkungan sehari-hari mereka.

Teknologi berkembang pesat di berbagai negara dalam beberapa tahun terakhir. Banyak kemajuan teknis yang mendukung perkembangan dunia informasi. Perkembangan teknologi  kecerdasan buatan (artificialintelligence) semakin pesat, dan digunakan di seluruh dunia sedemikian rupa sehingga sangat mempengaruhi berbagai kegiatan industri, infrastruktur, sosial dan lainnya yang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Pada abad ke-21, pembelajaran sangat populer, yang membawa perubahan, yaitu perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat Ilmu pengetahuan dan teknologi yang menyebabkan perubahan paradigma pembelajaran ditandai dengan perubahan kurikulum, media dan teknologi. (Restu Rahayu dkk : 2022).

Banyak metode dan model pembelajaran yangdapat digunakan dalam merancang proses pembelajaran. Salah satunya adalah pendekatan pembelajaran berbasis TPACK. Salah satu gagasan dalam memperbaiki pendidikan pada abad 21 merupakan membarui kerangka Pengembangan kurikulum melalui integrasi teknologi dalam bidang informasi & komunikasi (TIK) & Pengetahuan Konten Pedagogis Teknis (TPACK). (Sari Nur Hayani1, Sutama :2022) TPACK (Technological Pedagocal Content Knowledge) adalah pengetahuan yg dibutuhkan buat mengintegrasikan teknologi pada pembelajaran.(Sri Rahayu : 2017)

Guru dalam proses belajar mengajar dikelas haruslah menggunakan Model pembelajaran yang dapat membantu proses  siswa. Salah satu model terbaru pada masa sekarang adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning (PBL) ialah serangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara rasional.  Model Problem Based Learning (PBL) diharapkan lebih berdampak positif dibandingkan dengan  metode  lama yang sudah terbilang tradisional atau ketinggalan zaman. Kegiatan belajar berbasis masalah diharapkan bisa meningkatkan Semangat belajar siswa serta keaktifan siswa dalam proses belajar dikelas.

Guru yang belum menggunakan model pembelajaran yang berorientasi pada kegiatan penyelesaian masalah membuat siswa kurang bisa berfikir sehinggga mengakibatkan motivasi belajar yang dimiliki siswa rendah.Sardiman (2012:84-86) menyatakan bahwa: Motivatian is an essential condition of learning, artinya belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan menjadi lebih baik , jika ada motivasi yang mengiringinya. Tiga fungsi motivasi yaitu mendorong manusia untuk bergerak, menetukan arah kegiatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai,serta menyeleksi kegiatan. Lewat kurikulum 2013, guru dituntut untuk mampu mengajarkan siswanya dengan mengunakan model pembelajaran yang berorientasi pada penyelesaian masalah ( model pembelajaran problem based learning).

Model pembelajaran problem based learning yaitu merupakan salah satu model pembelajaran dari pendekatan saintifik. Siswa diberikan suatu masalah untuk dipecahkan sendiri dikelas. Guru hanya sebagai Memfasilitasi. Siswa yang dapat memecahkan permasalahannya sendiri akan dapat tergugah untuk bersemangat sehingga tumbuh motivasi dalam diri untuk selalu memecahkan permasalahan-permasalahan yang lain dimasa mendatang.

Pembelajaran berbasis masalah adalah penggambaran keadaan nyata dan memiliki arti yang berperan sebagai landasan dan penyelidikan inquiri siswa, artinya guru berperan sebagai Penyuguh masalah mendasar, fasilitator dalam penyelidikan siswa, dan pendukung pembelajaran siswa. Siswa berpartisipasi dalam pembelajaran berbasis masalah ketika mempelajari konten akademis dan keterampilan memecahkan masalah dengan terlibat dalam situasi yang nyata (Arends, 2013:100).

Pembelajaran dengan metode problem based learning memungkinkan siswa untuk terlibat dalam mempelajari permasalahan dunia nyata, keterampilan berpikir tingkat tinggi, keterampilan menyelesaikan permasalahan, belajar antardisiplin ilmu, belajar mandiri, belajar menggali informasi, belajar bekerja sama, dan belajar keterampilan berkomunikasi. Pembelajaran berbasis masalah adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan Duch (dalam Shoimin, 2014:130. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode problem based learning bertujuan untuk melatih siswa berfikir sehingga mampu merangsang siswa dalam berkomunikasi dalam suatu pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.

                           Dalam kurun waktu lebih dari satu dasawarsa terakhir ini, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menjadi top hit di lingkungan para pendidik. Jenis penelitian ini mempunyai karakteristik yang berbeda dengan jenis penelitian deskriptif maupun eksperimen. Jika penelitian deskriptif bertugas memaparkan apa yang terjadi dalam objek yang diteliti, sedangkan penelitian eksperimen memaparkan sebab akibat yang terjadi sesudah adanya perlakuan maka PTK dapat dikatakan merupakan gabungan dari keduanya.

Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan melalui peningkatan layanan pembelajaran kepada peserta didik, tenaga kependidikan atau guru harus meningkatkan kompetensi paedagogik. Salah satu upaya peningkatan kompetensinya, guru dituntut untuk  meningkatkan kemampuan menulis Karya Tulis Ilmiah (KTI) terutama Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sehubungan dengan hal tersebut, meskipun di tengah pandemi Covid-19 guru tetap dituntut untuk mengembangkan PTK, karena PTK dapat melatih dan membuat pendidik menjadi peka dan cepat tanggap, reflektif dan kritis terhadap dinamika pembelajaran, mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan kuantitas proses pembelajaran di kelasnya, sehingga pelaksanaan PTK dapat meningkatkan kinerja pendidik.

Penggunaan  media  pembelajaran  memiliki  peran  yang  sangat  signifikan  dan memberikan dampak besar dalam proses pembelajaran, termasuk dalam menciptakan suasana  pembelajaran  yang  aktif,  kreatif, inovatif,  efektif,  dan menyenangkan.  Guru harus mampu menciptakan media pembelajaran yang dapat menarik minat belajar siswa, seperti  media pembelajaran  berupa  Spinning  Wheel.  Selain  itu,  media  ini  dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan materi dan keterampilan lainnya. Spinning Wheel pertama kali diterapkan sebagai media pembelajaran pada tahun 2008 oleh Paul Ginnis. Menurut Ginnis (2008:190) menjelaskan bahwa media Spinning Wheel memiliki  kelebihan yang sangat  menarik, yaitu sebagai media permainan yang menantang dan dapat mendorong siswa untuk secara kontinu menyelesaikan soal-soal latihan  melalui  sektor  lingkungan  yang  berisi  soal.  Selanjutnya  Dabell  (2009:329) menjelaskan bahwa media Spinning Wheel fokus pada kegiatan yang mendorong siswa untuk menggunakan kemampuan  visualisasi mereka dalam menjawab soal,  dan dapat dilakukan baik oleh individu maupun dalam kelompok besar.

Berdasarkan hasil penelitian penulis yang sekaligus sebagai pengajar diketahui bahwa para siswa SMP Negeri 1 Mulia, dari kelas VII sampai dengan kelas IX lebih dominan menggunakan bahasa Daerah masing-masing dan Bahasa Indonesia, bahasa ibu mereka sebagai alat komunikasi mereka sehari-hari dengan teman-teman mereka di sekolah. Bahasa daerah yang digunakan adalah bahasa Dani, Jawa, dan Toraja . Mereka tiap hari amper menggunakan Bahasa daerah terlebih dari suku Dani, pedalaman papua, sedangkan bahasa Indonesia hanya digunakan dalam proses pembelajaran di dalam kelas dan pada saat berkomunikasi dengan teman mereka yang tidak bisa berbahasa daerah.

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII karena siswa tersebut merupakan siswa transisi. Artinya, mereka masih terbawa pada situasi/suasana belajar bahasa Inggris seperti di Sekolah Dasar dan belum mengenal situasi/suasana belajar bahasa Inggris pada sekolah menengah pertama (SMP). Sebagian besar mereka berasal dari sekolah dasar negeri dan swasta yang berada di  Puncak Jaya. Pada umumnya, mereka mendapatkan pelajaran bahasa Inggris di kelas IV dan mereka lebih banyak belajar tentang kosakata. Selain itu, materi pelajaran bahasa Inggris kelas VII masih tentang kosakata yang tidak jauh berbeda dengan materi pelajaran di Sekolah Dasar.

Hasil pengamatan di kelas VII A yang merupakan kelas yang siswanya memeroleh nilai paling rendah ketika tes masuk sekolah sehingga kelas ini perlu berikan treatment untuk meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris mereka. Pada survei tersebut diketahui bahwa pengajaran bahasa Inggris masih berpusat pada guru, sedangkan perhatian siswa tidak terfokus pada guru dan cenderung pasif. Dengan situasi seperti itu, motivasi dan minat belajar bahasa Inggris sangat kurang sehingga berpengaruh terhadap sikap dan perilaku yang kurang baik dalam proses belajar mengajar.

Pengajaran bahasa Inggris di kelas VII A dengan menerapkan metode Penelitian Tindakan Kelas dimulai Guru bahasa Inggris kelas VII A sebagai observer pendamping. Selama mengajar, ditemukan beberapa kendala, yakni siswa masih pasif, malas, dan motivasi belajar bahasa Inggris kurang. Dari pengalaman tersebut, guru-guru bahasa Inggris menyarankan untuk tidak meneliti kelas VII A, siswa ini merupakan siswa yang memeroleh nilai tertinggi ketika tes masuk sekolah.

SMP Negeri 1 Mulia, khususnya pada kelas VII A masih didominasi oleh kelas yang berpusat pada guru sebagai sumber utama pengetahuan sehingga ceramah merupakan pilihan utama dalam menentukan strategi belajar. Dengan tidak memberdayakan siswa sebagai pusat pembelajaran, pengajaran bahasa Inggris akan monoton dan cenderung membosankan siswa. Motivasi siswa dalam belajar bahasa Inggris lemah sehingga berpengaruh terhadap sikap dan perilaku yang kurang baik dalam proses belajar mengajar seperti malas, tidak memerhatikan penjelasan guru, dan acuh tak acuh. Oleh sebab itu, materi yang telah diajarkan oleh guru akan mudah terlupakan oleh siswa dan siswa hanya belajar ketika berada di kelas.

Berdasarkan keterangan di atas, diputuskan Kelas VII A SMP Negeri 1 Mulia untuk dijadikan sebagai objek penelitian. Pada penelitian ini dibahas mengenai penerapan metode contextual teaching and learning dalam proses pembelajaran bahasa Inggris, dalam upaya peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa, khususnya siswa kelas VII A. Dengan menerapkan ketujuh elemen penting (inkuiri, pertanyaan, konstruktivisme, pemodelan, masyarakat belajar, penilaian autentik, dan refleksi) yang terdapat pada metode contextual teaching and learning dalam proses pembelajaran bahasa Inggris, diharapkan peningkatan penguasaan kosakata siswa kelas VII A dapat diketahui secara lebih jelas.

 

METODE DAN PENELITIAN

 

Lokasi penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Mulia yang bertempat di Jalan Papua Kota Mulia, Kabupaten Puncak Jaya Papua Tengah. SMPN 1 Mulia berdiri diatas lahantidak terlepas dari perkembangan sejarah berdirinya Sekolah ini hingga sekarang berdiri dengan penambahan ruangan kelas.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan TPaCK. Pendekatan TPaCK digunakan untuk mendeskripsikan penguasaan kosakata siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Mulia sebelum dan sesudah penerapan model PBL dalam proses pembelajaran bahasa Inggris.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) untuk meneliti peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris dengan menerapkan model Problem Based Learning. Sebelum proses siklus 2 dilaksanakan, peneliti melakukan observasi awal dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah, mendiskusikan temuan masalah dengan observer pendamping, dalam hal ini adalah guru bahasa Inggris kelas VII A SMP Negeri 1 Mulia. Setelah itu peneliti dan observer pendamping menetapkan rencana tindakan, jadwal pelaksanaan, serta merumuskan komponen-komponen tindakan yang diperlukan. Komponen-komponen yang dimaksud seperti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), materi bahan pelajaran bahasa Inggris sebagai sumber belajar siswa, dan instrumen penilaian/evaluasi.

Pengumpulan Data

1.    Observasi: Data diambil melalui pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran di kelas. Catatan observasi mencakup interaksi siswa, partisipasi, dan penggunaan kosakata selama proses pembelajaran.

2.    Tes Pre dan Post: Sebelum dan setelah penerapan model PBL, dilakukan tes untuk mengukur penguasaan kosakata siswa. Hasil tes ini memberikan data kuantitatif yang menunjukkan perubahan penguasaan kosakata sebelum dan sesudah intervensi.

3.    Wawancara: Dilakukan dengan siswa dan guru untuk mendapatkan informasi kualitatif tentang pengalaman mereka selama proses pembelajaran menggunakan model PBL.

4.    Dokumentasi: Mengumpulkan berbagai dokumen seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi pelajaran, dan hasil kerja siswa sebagai data pendukung.

Analisis Data

1.    Koding: Mengidentifikasi tema-tema atau kategori penting dari catatan observasi dan transkrip wawancara.

2.    Deskripsi Naratif: Menyusun deskripsi mendetail mengenai proses pembelajaran dan interaksi yang terjadi di kelas, serta tanggapan siswa terhadap model PBL.

3.    Triangulasi: Membandingkan dan mengkonfirmasi temuan dari berbagai sumber data (observasi, wawancara, dan dokumentasi) untuk memastikan konsistensi dan validitas temuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kemahiran dalam menggunakan kata-kata memiliki dampak yang signifikan pada keterampilan berbahasa, karena semakin luas kosakata seseorang, semakin mudah bagi mereka untuk mengomunikasikan dan memahami informasi. Menurut Kasno  (2014:1) menjelaskan bahwa tingkat penguasaan kosakata akan mempengaruhi cara berpikir dan kreativitas siswa dalam proses belajar bahasa, sehingga kemampuan menguasai kosakata dapat memengaruhi kualitas berbahasa siswa. Sedangkan Muradi (2016:87) menjelaskan bahwa penguasaan kosakata merupakan salah  satu kemampuan yang  selalu dijadikan sebagai  objek evaluasi  dalam pengajaran  bahasa

  TPACK merupakan singkatan dari technological pedagogical content knowledge. TPACK adalah pengetahuan tentang pentingnya integrasi antara teknologi dan pedagogik dalam pengembangan konten di dunia pendidikanMengapa TPACK penting diterapkan dalam pembelajaran? Hal itu karena pendekatan ini diharapkan mampu memberikan arahan baru bagi pendidik tentang bagaimana menerapkan teknologi di dalam pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran bisa berjalan secara efektif dan efisien.

 Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning adalah pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah. Mulai dari tahap mengarahkan siswa pada masalah,mempersiapkan siswa untuk belajar, membantu penelitian mandiri dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan artefak dan benda panjang, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan permasalahan. Siswa memecahkan permasalahan sendiri, hal ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas memory dalam belajar anak.Model Problem Based Learning (PBL) berdampak positif terhadap kegiatan pembelajaran mulai dari peningkatan motivasi belajar dan keaktifan siswa.

Problem   Based    Learning dapat meningkatkan   hasil   belajar pengetahuan. Hal ini sesuai menurut Hosnan (2014) dimana salah satu tujuan spesifik dari model pembelajaran ini adalah agar siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa motivasi   belajar siswa dalam pembelajaran meningkat dan menghasilkan hasil belajar kognitif yang meningkatkan pula. Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar belajar sikap siswa. Sesuai dengan pernyataan    Hosnan (2014)    bahwa    karakteristik    dalam pembelajaran menggunakan   model Problem Based Learning memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar.

Menurut Sani (2014:127) metode problem based learning (pembelajaran berbasis masalah) dapat membuat siswa belajar melalui upaya penyelesaian permasalahan dunia nyata (real word problem) secara tekstruktur untuk mengonstruksi pengetahuan siswa. Pembelajaran ini menentut siswa untuk aktif melakukan penyelidikan dalam menyelesaikan permasalahan dan guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing. Menurut Arends (dalam Hosnan, 2014:295) metode problem based learning adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri.

Menurut Duch (dalam Shoimin, 2014:130) pembelajaran berbasis masalah adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan. Jadi, metode problem based learning bertujuan untuk melatih siswa berfikir sehingga mampu merangsang siswa dalam berkomunikasi dalam suatu pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Secara aplikatif, implementasi metode problem based learning ini adalah sebagai berikut. Pertama, siswa dikondisikan secara berkelompok, siswa secara berkelompok membaca, mengamati dan memahami isi teks artikel yang telah dibagikan oleh guru. Kedua, siswa secara berkelompok mendata informasi dari sebuah artikel dengan mencantumkan sumbernya. Ketiga, Siswa secara berkelompok merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum (apa isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan, apa yang menjadi latar belakangnya) dengan tepat. Keempat, siswa secara kelompok berdiskusi untuk menuliskan hasil temuan terkait dengan data informasi dari artikel dengan mencantumkan sumbernya. Kelima, siswa secara kelompok berdiskusi untuk menuliskan hasil temuan terkait dengan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di masyarakat (apa isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan, apa yang menjadi latar belakangnya) dalam diskusi dengan saling menghargai, bekerja sama, dan bertanggung jawab. Keenam, siswa secara kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok terkait dengan dengan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di masyarakat (apa isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan, apa yang menjadi latar belakangnya). Ketujuh, siswa menanggapi presentasi teman/ kelompok secara santun, kritis, dan bertanggung jawab.

Penelitian Tindakan kelas adalah penelitian yang memaparkan terjadinya sebab akibat dari perlakuan, sekaligus memaparkan apa saja yang terjadi Ketika perlakuan diberikan dan memaparkan seluruh proses sejak awal pemberian perlakuan sampai dengan dampak dari perlakuan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian Tindakan kelas atau PTK adalah jenis penelitian yang memaparkan baik proses maupun hasil yang melakukan PTK di kelasnya untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya.

PTK yang dilakukan oleh guru merupakan upaya peningkatan mutu profesional guru. Menurut Suharsimi Arikunto, PTK merupakan suatu bentuk penelitian dengan karakteristik antara lain: tindakan yang dilakukan harus dapat dilihat dalam unjuk kerja siswa yang kongkrit; subjek pelaku bukan perseorangan tetapi klasikal (siswa seluruh kelas); tindakan harus dilakukan oleh guru yang bersangkutan; tindakan berlangsung dalam siklus didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran; peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; bersifat memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek instruksionaldilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus; tindakan BUKAN bicara tentang materi, tetapi CARA, PROSEDUR, atau METODE,  tindakan harus baru dan berbeda dari biasanya, tindakan  bukan bersifat teoritik tetapi berpijak dari kondisi yang ada.

PTK adalah siasat guru dalam mengaplikasikan pembelajaran dengan berkaca pada pengalaman sendiri maupun dengan perbandingan dari guru lain. penelitian ini diperkenalkan pertama kali oleh Kurt Lewin yaitu di tahun 1946. Setelah itu, dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, dan masih banyak lainnya. Tindakan yang secara sengaja dimunculkan tersebut diberikan oleh guru ataupun berdasarkan arahan guru yang kemudian dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini, maka kelas berarti tidak terikat pada pengertian ruang kelas, namun pengertian yang lebih spesifik. Yaitu sekelompok siswa dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama juga. terdapat 3 komponen yang menjadi sasaran utama PTK guru yaitu siswa, guru dan sekolah. 3 komponen tersebut yang akan menerima manfaat dari PTK. Berikut beberapa manfaatnya, antara lain: 

1.    Bagi Siswa Dan Pembelajaran 

PTK guru memberikan kemudahan dalam proses analisis dan diagnosis terhadap kesalahan maupun kesulitan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut berkaitan dengan strategi, teknik, konsep, dan lain sebagainya

Apabila kesalahan yang terjadi bisa segera diperbaiki, maka proses pembelajaran akan lebih mudah dilaksanakan. Dengan demikian hasil belajar siswa diharapkan bisa meningkat. Ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara pembelajaran dan perbaikan hasil belajar siswa. Keduanya akan terwujud apabila guru memiliki kemampuan dan kemauan untuk melakukan PTK.

2. Bagi Guru 

Pelaksanaan PTK bagi guru memberikan beberapa manfaat, antara lain: 

·      Memiliki kemampuan untuk memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi di kelas. Keberhasilan dalam proses perbaikan ini tentu akan memberikan rasa puas bagi guru karena telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi siswanya

·      Guru bisa berkembang dan meningkatkan kinerjanya secara profesional. Hal ini karena guru mampu menilai, merefleksi diri dan mampu memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya

·      Guru mendapatkan kesempatan untuk turut berperan aktif dalam rangka mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri. Guru berperan sebagai perancang dan pelaku perbaikan tersebut sehingga diharapkan bisa menghasilkan teori-teori dan praktik pembelajaran

·      Guru akan merasa lebih percaya diri karena mampu merefleksi diri, melakukan evaluasi diri dan menganalisis kinerjanya sendiri dalam kelas. Guru akan selalu menemukan kekuatan, kelemahan, dan tantangan pembelajaran dan pendidikan masa depan dan mengembangkan alternatif masalah atau kelemahan yang ada pada dirinya dalam proses pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Sekolah di mana gurunya memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan atau perbaikan kinerjanya secara profesional, maka bisa berkembang dengan pesat. Begitu juga sebaliknya. Kaitannya dengan PTK guru, apabila sekolah dengan guru yang memiliki keterampilan dalam melaksanakan PTK tentu sekolah tersebut akan memperoleh manfaat yang besar

Hal ini karena mampu meningkatkan kualitas pembelajaran yang mencerminkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut. Seperti yang diketahui bahwa PTK adalah salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan pendidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan

Hal ini bisa dilakukan dengan meningkatkan tujuan PTK guru ialah memperbaiki dan meningkatkan praktik dan pembelajaran di kelas secara berkesinambungan. Dengan demikian maka hasil yang diharapkan oleh pihak sekolah akan lebih mudah tercapai

PTK guru memberikan kesempatan bagi guru untuk meningkatkan kualitas diri agar mampu menjadi teladan yang sebaik-baiknya kepada siswa di sekolah. Pelaksanaan program ini memberikan manfaat tidak hanya pada pihak guru atau pendidik, namun juga siswa dan sekolah tersebut.

Spinning  Wheel  ini  adalah  media  pembelajaran  yang  dapat  meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Ingris bagi siswa, karena didalamnya terdapat teks yang berisikan kosakata bahasa Inggris disertai pertanyaan guna melatih kemampuan kosakata bahasa Inggris dan mengukur  pemahaman siswa terhadap materi yang  diajarkan. Media Spinning Wheel memiliki kelebihan yang mencakup kemampuannya untuk merangsang partisipasi  aktif  siswa  dan  memberikan  umpan  balik  langsung  yang  meningkatkan efektivitas proses pembelajaran. Dengan demikian, media ini mampu menarik perhatian siswa, memupuk minat dan motivasi belajar, serta meningkatkan pemahaman mereka. Selain itu, media ini dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan berbagai materi dan keterampilan lainnya.

Media pembelajaran Spinning Wheel dapat menjadi media yang membangkitkan keaktifan dan semangat  siswa  dalam  proses  pembelajaran.  Penggunaan  media kotak  permainan  Roda  Berputar dapat memberikan kemudahan, inovasi, dan kreativitas siswa (Gusdiana et al., 2021). Motivasi siswa untuk berinteraksi antar siswa dan menjadi lebih aktif dalam belajar lebih menonjol. Media Spinning Wheel  dapat  dipadukan  dengan  aplikasi  Microsoft  PowerPoint  dan  ditampilkan  dengan  bantuan proyektor di kelas sehingga media ini bersifat fleksibel dan mudah digunakan pada saat pembelajaran tatap  muka  atau  pembelajaran  jarak  jauh  karena  cara  kerjanya  seperti  presentasi pada  umumnya (Puteri, 2022). Media pembelajaran Spinning Wheel dapat diproduksi dalam berbagai ukuran sebagai alat peraga guru sekolah. Hal ini menguntungkan berbagai pihak,

Media pembelajaran Spinning Wheel dapat menjadi media yang membangkitkan keaktifan dan semangat  siswa  dalam  proses  pembelajaran.  Penggunaan  media kotak  permainan  Roda  Berputar dapat memberikan kemudahan, inovasi, dan kreativitas siswa (Gusdiana et al., 2021). Motivasi siswa untuk berinteraksi antar siswa dan menjadi lebih aktif dalam belajar lebih menonjol. Media Spinning Wheel  dapat  dipadukan  dengan  aplikasi  Microsoft  PowerPoint  dan  ditampilkan  dengan  bantuan proyektor di kelas sehingga media ini bersifat fleksibel dan mudah digunakan pada saat pembelajaran tatap  muka  atau  pembelajaran  jarak  jauh  karena  cara  kerjanya  seperti  presentasi pada  umumnya (Puteri, 2022). Media pembelajaran Spinning Wheel dapat diproduksi dalam berbagai ukuran sebagai alat peraga guru sekolah. Hal ini menguntungkan berbagai pihak, Media pembelajaran Spinning Wheel dapat menjadi media yang membangkitkan keaktifan dan semangat  siswa  dalam  proses  pembelajaran.  Penggunaan  media kotak  permainan  Roda  Berputar dapat memberikan kemudahan, inovasi, dan kreativitas siswa (Gusdiana et al., 2021). Motivasi siswa untuk berinteraksi antar siswa dan menjadi lebih aktif dalam belajar lebih menonjol. Media Spinning Wheel  dapat  dipadukan  dengan  aplikasi  Microsoft  PowerPoint  dan  ditampilkan  dengan  bantuan proyektor di kelas sehingga media ini bersifat fleksibel dan mudah digunakan pada saat pembelajaran tatap  muka  atau  pembelajaran  jarak  jauh  karena  cara  kerjanya  seperti  presentasi pada  umumnya (Puteri, 2022). Media pembelajaran Spinning Wheel dapat diproduksi dalam berbagai ukuran sebagai alat peraga guru sekolah. Hal ini menguntungkan berbagai pihak,

Media pembelajaran Spinning Wheel dapat menjembatani materi pengucapan dan kosa kata pada pelajaran Bahasa Inggris siswa sebelum dan sesudah perlakuan. Ini menandakan perbedaan kepentingan sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan media Spinning Wheel (Maya et al., 2022). Selain itu, keunggulan media media pembelajaran Spinner Word dikembangkan untuk meningkatkan semangat belajar siswa. Siswa dapat lebih mudah memahami materi pembelajaran, terutama menggunakan kata dan kalimat yang tepat dalam konten bahasa Indonesia, dan melatih keberanian siswa dalam berbicara (Sari & Manuaba, 2022). Media pembelajaran Spinning Wheel menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan pada pembelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Bahasa daerah karena dapat meningkatkan aktivitas, motivasi, dan minat siswa.

Media pembelajaran Spinning Wheel ini dibuat untuk meningkatkan kualitas membaca, berbicara, dan menulis siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris, dan guru menjelaskan materi kepada siswa dengan cara yang menyenangkan dengan cepat. Media pembelajaran Spinning Wheel atau roda berputar sangat cocok untuk pembelajaran bahasa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Beberapa studi pendahuluan mendukung penggunaan media pembelajaran Spinning Wheel sebagai berikut. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan (Subakti, 2020), pembelajaran konten bahasa Indonesia menggunakan Spinning Wheel dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V hingga akhirnya meningkat menjadi 81,3% pada siklus II. Selanjutnya, pembelajaran bahasa Arab merupakan bidang studi yang diajarkan pada jenjang sekolah menengah pertama atau sederajat, yang diarahkan pada penguasaan empat keterampilan berbahasa: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Hasil penelitian ini adalah penggunaan media Spinning Wheel dapat meningkatkan proses pembelajaran qawaid nahwu pada siswa kelas VII Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal (Huda, 2020).

Berikut ini hasil pembelajaran peserta didik pada PPL siklus 1 yang penelit sudah laksanakan dengan menggunakan model pembelajarn Project Based Learning (PjBL) sedangkan pada Siklus ke 2 menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL ).

 

A.   Dari hasil pembelajaran yang dilaksanakan pada PPL 1 . Dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

NO

NAMA PESERTA DIDIK

NILAI

KETERANGAN

KKM

1

ADELYA ARYANI D.JAMALI

70

Tuntas

60

2

ALEKSANDER TELENGGEN

70

Tuntas

60

3

ALFA  JISAM

70

Tuntas

60

4

AMELIA WONERENGGA

50

Belum Tuntas

60

5

ANASTASYA FARADILA IRWAN

90

Tuntas

60

6

ANGELINA KARUNIA RUMIAT

70

Tuntas

60

7

ANGELIA LETICIA

80

Tuntas

60

8

ARSEVAN

60

Belum Tuntas

60

9

ARTHUR FERDINAND PUMPUN

80

Tuntas

60

10

ATANASIUS FENSY BANDONG

70

Tuntas

60

11

ARLINDE MURIB

60

Belum Tuntas

60

12

BERLINCE MURIB

50

Belum Tuntas

60

13

FIRMA PAWARRANGAN

70

Tuntas

 

14

GERALDO JONEVA LEBANG

70

Tuntas

60

15

HARJUN ANUGERAH PAUANG

70

Tuntas

60

16

KEYLA RENATA TODING RANTE

70

Tuntas

60

17

MUH. ALIF

60

Belum Tuntas

60

18

NELSON FEBRIANTO BATTUNG

70

Tuntas

60

19

PITRA TELENGGEN

60

Belum Tuntas

60

20

RENDYKHA DWI PUTRA

70

Tuntas

60

Jumlah

1360

20 Siswa

 

Rata-Rata

68

 

 

Jumlah Peserta Didik Yang Tuntas

 

14 Siswa

 

Prosentase Tuntas

 

70%

 

Jumlah Peserta Didik Tidak Tuntas

 

6 Siswa

 

Prosentase Tidak Tuntas

 

30%

 

Nilai Tertinggi

 

90

 

Nilai Terendah

 

50

 

 

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui nilai rata-rata siswa adalah 68 dikarenakan siswa yang mendapat nilai diatas KKM sudah melebihi dari 70 % yaitu 14 siswa dan siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 6 siswa dengan presentase  30%. Nilai tertinggi adalah 90 dan nilai terendahnya 50. Data pada tabel menunjukan  bahwa hasil belajar siswa sudah mengalami perbaikan dengan menggunakan model pembelajaran Project based learning (PBL).

Dari tabel di atas menunjukan siswa yang mencapai KKM sebanyak 14 siswa dengan presentase 70% dan yang di bawah KKM 6 siswa dengan presentase 30% . grafik ini menunjukan dengan menggunakan model pembelajaran Project based learning (PjBL) ada perbaikan dalam pembelajaran di lihat dari perolehan siswa yang mencapai KKM.

B.   Dari hasil pembelajaran yang dilaksanakan pada PPL 2 . Dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

NO

NAMA PESERTA DIDIK

NILAI

KETERANGAN

KKM

1

Adelya Aryani

80

Tuntas

60

2

Aleksander Luis Telenggen

80

Tuntas

60

3

Alfajisam

80

Tuntas

60

4

Amelia Wonerengga

60

Belum Tuntas

60

5

Anatasia Faradila

100

Tuntas

60

6

Anglia Leticia

90

Tuntas

60

7

Angelina Karunia Rumiat

80

Tuntas

60

8

 Arsevan

80

Tuntas

60

9

Atanasius Fensi Bandong

90

Tuntas

60

10

Arthur Ferdinan pumpun

80

Tuntas

60

11

Arlinde Murib

60

Belum Tuntas

60

12

Berlince Murib

70

Tuntas

60

13

Firma Parrawangan

70

Tuntas

60

14

Geraldo Joneve Lebang

90

Tuntas

60

15

Harjun Anugerah Pauang

70

Tuntas

60

16

Keyla Renata Toding Rante

80

Tuntas

60

17

Muh.Alif

70

Tuntas

60

18

Nelson Febrianto Battung

90

Tuntas

60

19

Pitra Telenggen

60

Belum Tuntas

60

20

Rendykha Dwi Putra

70

Tuntas

60

Jumlah

1550

 

 

Rata-Rata

77,5

 

 

Jumlah Peserta Didik Yang Tuntas

 

17 Siswa

 

Prosentase Tuntas

 

85%

 

Jumlah Peserta Didik Tidak Tuntas

 

3 Siswa

 

Prosentase Tidak Tuntas

 

15%

 

Nilai Tertinggi

 

100

 

Nilai Terendah

 

60

 

 

           

          Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui nilai rata-rata siswa adalah 77,5 dikarenakan siswa yang mendapat nilai diatas KKM sudah melebihi dari 85 % yaitu 17 siswa dan siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 3 siswa dengan presentase  15%. Nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendahnya 60. Data pada tabel menunjukan  bahwa hasil belajar siswa sudah mengalami perbaikan dengan menggunakan model pembelajaran Problem based learning (PBL).

Dari tabel di atas menunjukan siswa yang mencapai KKM sebanyak 17 siswa dengan presentase 85% dan yang di bawah KKM 1 siswa dengan presentase 15% . grafik ini menunjukan dengan menggunakan model pembelajaran Proble based learning (PBL) ada perbaikan dalam pembelajaran di lihat dari perolehan siswa yang mencapai KKM.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka didapat bahwa disiplin kerja pada PT. Zeal Esa Utama dengan nilai tertinggi sebesar 4.4 pada poin nomor 2 dengan pernyataan “Beban kerja yang diberikan oleh perusahaan sangat mudah untuk dicapai” dan dikualifikasikan dengan menggunakan skala interval maka hasilnya sangat baik. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil uji regresi linear sederhana dengan rumus Y = a + β1X1 dengan hasil Y = 4,575 + 0,28 dan berdasarkan uji t antara variabel disiplin kerja dan kinerja karyawan didapatkan nilai thitung 0,853 < 1,672 ttabel yang menunjukkan bahwa disiplin kerja bepengaruh terhadap kinerja karyawan.

Berdasarkan hasil penelitian, maka didapat bahwa lingkungan kerja pada PT. Zeal Esa Utama dengan nilai tertinggi sebesar 4.3 pada poin nomor 9 dengan pernyataansaya selalu bersikap tegas kepada rekan kerja yang tidak bisa diajak kerja sama” dan dikualifikasikan dengan menggunakan skala interval maka hasilnya sangat baik. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil uji regresi linear sederhana dengan rumus Y = a + β2X2 dengan hasil Y = 4,575 + 0,870 dan berdasarkan uji t antara variabel lingkungan kerja dan kinerja karyawan didapatkan nilai thitung 5,656 > 1,672 ttabel yang menunjukkan bahwa lingkungan kerja bepengaruh terhadap kinerja karyawan.

Dari hasil penelitian didapatkan data bahwa kinerja karyawan pada PT. Zeal Esa Utama memiliki nilai tertinggi sebesar 4.4  pada poin nomor 4 dengan penyataanpekerjaan saya selalu rutin terlaksana dengan cepat” dan diuji dengan menggunakan uji regresi linear berganda dengan rumus Y= a + β1X1 + β2X2 dengan hasil Y = 4,575 + 0,28 + 0,870  dan diketahui bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,614 hasil ini menunjukkan bahwa 61,4% mengandung arti bahwa disiplin kerja dan lingkungan kerja berpengaruh sebesar 61,4% dan sisanya sebesar 38,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini seperti insentif kerja, motivasi keja, komunikasi kerja, gaya kepemimpinan dan lain – lain.

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Rohman. 2017. Dasar Dasar Manajemen. Inteligensia Media. Malang.

Abdussamad, Zuchri. Metode Penelitian Kualitatif. Makassar: CV. syakir Media Press, 2021.

Achmad Kabiru, Said. 2017. Manajemen dan Teori Aplikasi. Alfabeta : Bandung

Atty Tri Juniarti, B. I. (2021). The effect of employee performance through motivation and commitment on government tax officers, 1-8.

G. R. Terry. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara

Hasibuan, Malayu S. P (2019). Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta : Bumi Aksara.

M. Kaswan (2019). Manajemen Sumber Daya Manusia Strategis. Yogyakarta: Andi Offset

Priyono Marnis. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia. Siduarjo. Zifatam

Randi (2018). Teori Penelitian Terdahulu. Jakarta: Erlangga

Sinambela, Lijan Poltak dan Sarton Sinambela (2021). Metodologi Penelitian  Kuanitatif - Teori Dan Praktik. Depok: Rajawali Pers.

Sugiyono, (2021). METODE PENELITIAN KUANTITATIF KUALITATIF dan R&D (M.Dr. Ir. Sutopo, S.Pd (ed); ke2 ed)

Suhardi. 2018. Pengantar Manajemen Dan Aplikasinya. Cetakan Ke-1. Yogyakarta: Gava Media.

Wahjono, Sentot Imam. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Salemba Empat.

Penelitian:

Arianto, Nurmin & Kurniawan, Hadi. (2020). Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. JENIUS (Jurnal Ilmiah Manajemen Sumber Daya Manusia). 3. 312. 10.32493/JJSUMBER DAYA MANUSIA (SDM).v3i3.4869.

Astuti, Aprilia. "Pengaruh Kompensasi dan Motivasi terhadap Kinerja Karyawan PT. Pratama Mega Kencana." Jurnal Ilmiah Swara Manajemen, vol. 3, no. 1, 2023, pp. 81-89. ISSN: 2775-6076

Denok Sunarsi, S.Pd., M.M.,CHt. (2017). Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. Pada CV. Usaha Mandiri Jakarta. JENIUS. Vol. 1, No. 2, Januari

Ghozali, I. (2021). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 26 Edisi 10. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Halimatussa’Diah, Puan P., and Dede Andi. "Pengaruh Motivasi dan Disiplin

terhadap Kinerja Karyawan pada PT Puri Giri Sentosa Jakarta Selatan." Jurnal Ilmiah Swara Manajemen, vol. 2, no. 3, 2022, pp. 243-248. ISSN: 2775-6076

Indriyani, Winda, and Dede Solihin. "Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja terhadap Semangat Kerja Karyawan pada Prima Freshmart Cabang Tangerang Kota." Jurnal Ilmiah Swara Manajemen, vol. 2, no. 4, 2022, pp. 531-541. ISSN: 2775-6076

Kresmawan, G. A. P., Kawiana, I. G. P., & Mahayasa, I. G. A. (2021). Kompensasi Dan Lingkungan Kerja: Pengaruhnya Terhadap Kinerja KaryawanWarmadewa Management and Business Journal (WMBJ)3(2), 75-84.

Rialmi, Zackharia. (2020). Pengaruh Kedisiplinan Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Bhakti Karya Distribusi Indonesia. JENIUS (Jurnal Ilmiah Manajemen Sumber Daya Manusia). 3. 286. 10.32493/JJSUMBER DAYA MANUSIA (SDM).v3i3.4866.

Rustika, I Made. 2021,”Efikasi Diri Tinjauan Teori Albert Bandura”, Jurnal Buletin Psikologi Vol. 20 No.1-2

Santoso, Arif & Fitriyanti, Fitriyanti. (2020). Pengaruh Kepemimpinan dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bagian Operasional PT. Bank Central Asia, TBK. Kantor Pusat Jakarta Barat. JENIUS (Jurnal Ilmiah Manajemen Sumber Daya Manusia). 4. 33. 10.32493/JJSUMBER DAYA MANUSIA (SDM).v4i1.6784.

Sirajuddin. "Pengaruh Kompensasi dan Motivasi terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Putra Sinar Permaja Jakarta Selatan (Studi Kasus pada Divisi Building Manajemen South Quarter)." Jurnal Ilmiah Swara Manajemen, vol. 3, no. 1, 2023, pp. 165-175. ISSN: 2775-6076

Sudarso, Eko. "Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Kecamatan Serpong Tangerang Selatan." Jurnal Ilmiah Swara Manajemen, vol. 1, no. 2, 2021, pp. 186-196. ISSN: 2775-6076

Suprihatin, Linda & Gunarda, Gunarda. (2019). Pengaruh Disiplin Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Pegawai Di Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Pegawai Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. JENIUS (Jurnal Ilmiah Manajemen Sumber Daya Manusia). 2. 278. 10.32493/JJSUMBER DAYA MANUSIA (SDM).v2i2.2233.

Tambunan, A. P. (2018). Lingkungan Kerja Dan Kepuasan Kerja Karyawan: Suatu Tinjauan TeoretisJurnal Ilmiah Methonomi4(2), 175-183.

Tanjung, Asridah W., and Ading Sunarto. "Pengaruh Kedisiplinan dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Asn pada Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan." Jurnal Ilmiah Swara Manajemen, vol. 2, no. 2, 2022, pp. 177-194. ISSN: 2775-6076

Thamrin, and Romadon Setiyadi. "Pengaruh Motivasi Kerja dan Stres Kerja terhadap Produktivitas Karyawan pada PT. Senyum Indah Indonesia Jakarta Selatan." Jurnal Ilmiah Swara Manajemen, vol. 2, no. 4, 2022, pp. 607-618. ISSN: 2775-6076

Veritia, and Nurul Isnaeni. "Analisis Pelatihan Kerja dan Disiplin Kerja terhadap

Produktivitas Kerja Karyawan pada Restoran Waroeng Spesial Sambal Indonesia di Bogor." Jurnal Ilmiah Swara Manajemen, vol. 2, no. 4, 2022, pp. 426-438. ISSN: 2775-6076