211
Blantika: Multidisciplinary Jornal
Volume 2 Number 12, Oktober, 2024
p- ISSN 2987-758X e-ISSN 2985-4199
PRAKTIK BAIK MENGHADIRKAN PENGALAMAN BELAJAR
YANG INTERAKTIF MELALUI INTEGRASI TPACK DAN PBL
DALAM PEMBELAJARAN INFORMATIKA
Fitriyani Alim
SMK Negeri 1 Bulango Utara, Gorontalo, Indonesia
E-mail: fitriyani4243@guru.smk.belajar.id
ABSTRAK
Penelitian ini adalah kebutuhan akan pendekatan pembelajaran yang lebih interaktif dan
relevan dalam pendidikan modern, terutama di bidang Informatika. Tantangan utama
yang dihadapi dalam pembelajaran tradisional adalah rendahnya motivasi dan
partisipasi siswa, yang disebabkan oleh metode pengajaran yang kurang bervariasi dan
minimnya penggunaan teknologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi
penerapan integrasi antara pendekatan TPACK (Technological Pedagogical and
Content Knowledge) dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) dalam upaya
meningkatkan keterlibatan dan partisipasi siswa pada mata pelajaran Informatika di
SMK Negeri 1 Bulango Utara, khususnya untuk kelas X jurusan Teknik Komputer dan
Jaringan (TKJ). Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan
pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini
berfokus pada penerapan TPACK dan PBL dalam pembelajaran, serta dampaknya
terhadap motivasi dan aktivitas siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi
TPACK dan PBL berhasil meningkatkan partisipasi siswa, membuat mereka lebih aktif
dalam proses pembelajaran, serta lebih antusias dalam mengemukakan pendapat dan
bekerja dalam tim. Siswa juga menunjukkan peningkatan dalam kemampuan berpikir
kritis dan problem solving. Kesimpulannya, penerapan integrasi TPACK dan PBL
terbukti efektif dalam menciptakan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan
meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Informatika. Namun, beberapa
tantangan seperti keterbatasan konteks masalah dan pemikiran tingkat tinggi masih
memerlukan perhatian lebih lanjut.
Kata Kunci: interaktif; TPACK; PBL; informatika
ABSTRACT
This research is the need for a more interactive and relevant learning approach in
modern education, especially in the field of Informatics. The main challenge faced in
traditional learning is low student motivation and participation, which is caused by less
varied teaching methods and minimal use of technology. This study aims to explore the
application of integration between the TPACK (Technological Pedagogical and
Content Knowledge) approach with the problem-based learning (PBL) model in an
effort to increase student engagement and participation in Informatics subjects at SMK
[Praktik Baik Menghadirkan Pengalaman Belajar yang
Interaktif Melalui Integrasi TPACK dan PBL dalam
Pembelajaran Informatika]
Vol. 2, No. 12, 2024
212
Negeri 1 Bulango Utara, especially for class X majoring in Computer and Network
Engineering (TKJ). The method used is descriptive qualitative with data collection
through observation, interviews, and documentation. This study focuses on the
application of TPACK and PBL in learning, and its impact on student motivation and
activity. The results showed that the integration of TPACK and PBL succeeded in
increasing student participation, making them more active in the learning process, and
more enthusiastic in expressing opinions and working in teams. Students also showed
an increase in critical thinking and problem solving skills. In conclusion, the
application of TPACK and PBL integration has proven effective in creating a more
interactive learning experience and increasing student engagement in Informatics
learning. However, some challenges such as limitations of problem context and high-
level thinking still require further attention.
Keywords: interactive; TPACK; PBL; informatics.
qw56
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-
ShareAlike 4.0 International
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal
1 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Di era digital yang semakin maju dan terus
berkembang, dunia pendidikan dituntut untuk terus berinovasi agar dapat memenuhi
kebutuhan dan tuntutan peserta didik yang dinamis. Salah satu tantangan utama dalam
pendidikan saat ini adalah bagaimana cara meningkatkan keterlibatan dan motivasi
peserta didik dalam proses pembelajaran. Pembelajaran tradisional yang cenderung pasif,
kurang interaktif, dan hanya berpusat pada guru seringkali membuat peserta didik merasa
bosan dan kurang termotivasi.
Berdasarkan latar belakang peserta didik khusunya kelas X (sepuluh) di SMK
Negeri 1 Bulango Utara umumnya memiliki karakteristik gaya belajar yang beragam, dan
minat yang bervariasi terhadap teknologi. Sebagai seorang guru, memahami latar
belakang, kondisi, serta kebutuhan peserta didik merupakan kunci utama dalam
menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Namun, pada
kenyataannya, banyak guru yang menghadapi tantangan serupa, yaitu kurangnya
keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran di mana sebagian besar peserta
didik tampak bosan, kurang termotivasi, dan cenderung malas-malasan dalam mengikuti
pelajaran. Situasi ini tentunya tidak mendukung terciptanya lingkungan belajar yang
produktif dan bermakna. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kondisi tersebut,
antara lain kurangnya variasi dalam metode pengajaran, materi yang terasa kurang
relevan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik, serta minimnya penggunaan
teknologi yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan interaktif. Oleh
karena itu, sangat penting mencari pendekatan baru yang dapat meningkatkan minat dan
keterlibatan peserta didik dalam kelas, sangat diperlukan inovasi dalam metode
pembelajaran agar peserta didik lebih termotivasi, tertarik, dan aktif dalam proses belajar.
Vol. 2, No. 12, 2024
[Praktik Baik Menghadirkan Pengalaman Belajar yang Interaktif
Melalui Integrasi TPACK dan PBL dalam Pembelajaran
Informatika]
https://blantika.publikasiku.id/
213
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru mengamanatkan empat kompetensi yang harus dikuasai guru, yaitu
kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Ada 2 (dua) kompetensi yang
berkaitan dengan TIK: 1) kompetensi pedagogik, yaitu memanfaatkan TIK untuk
kepentingan pembelajaran; dan 2) kompetensi profesional, yaitu memanfaatkan TIK
untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri (Melodiana, Meirliyanto, & Darmawan,
2024, hlm. 21).
Berdasarkan hasil observasi, sebagian besar guru di SMK Negeri 1 Bulango Utara
masih mengandalkan metode pembelajaran konvensional, seperti ceramah bahkan catat
bahan sampai habis. Hal ini menjadi tantangan tersendiri, terutama dalam upaya
mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran. Kurangnya literasi digital dan
pengalaman dalam memanfaatkan platform teknologi menjadi kendala utama bagi para
guru, terutama bagi guru yang kurang familiar dengan penggunaan perangkat digital.
Meski demikian, berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi hal ini. Berbagai
pelatihan, workshop, in-house training, webinar, dan kegiatan berbagi praktik baik telah
diselenggarakan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam memanfaatkan teknologi
dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi kepala sekolah didalam kelas, saat ini
terdapat 84% guru yang telah aktif memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran untuk
menciptakan pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan. Namun demikian, proses
transformasi menuju pembelajaran berbasis teknologi masih memerlukan waktu dan
dukungan yang berkelanjutan.
Setelah berbagai upaya peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan intensif dan
penelitian metode pengajaran, ditemukan inovasi pembelajaran dengan mengintegrasikan
pendekatan TPACK dan model PBL. TPACK menekankan pentingnya penggabungan
teknologi, pedagogi, dan konten secara efektif, sementara PBL berfokus pada
pembelajaran berbasis masalah, mendorong peserta didik untuk berpikir kritis dan
berkolaborasi dalam mencari solusi. Kombinasi kedua pendekatan ini memiliki potensi
besar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menciptakan lingkungan belajar
yang interaktif dan menarik. Khususnya dalam pembelajaran Informatika kelas X.TKJ,
integrasi ini diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan dan antusiasme peserta didik
dalam proses belajar. Artikel ini mengkaji penerapan integrasi TPACK dan PBL serta
dampaknya terhadap kualitas pembelajaran.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi penerapan integrasi
pendekatan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) dengan model
Problem-Based Learning (PBL) dalam pembelajaran Informatika di kelas X.TKJ di SMK
Negeri 1 Bulango Utara. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana integrasi kedua
pendekatan tersebut dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, dengan fokus pada
peningkatan keterlibatan, partisipasi, dan antusiasme peserta didik. Selain itu, penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi tantangan yang dihadapi oleh guru dalam
menerapkan teknologi dalam pembelajaran serta mencari solusi yang tepat untuk
mengatasi kendala tersebut.
Manfaat dari penelitian ini antara lain meningkatkan keterlibatan peserta didik
melalui pendekatan TPACK dan PBL yang efektif dalam menggabungkan teknologi,
pedagogi, dan konten sehingga menciptakan suasana belajar yang interaktif dan menarik.
Pendekatan ini juga membantu guru menciptakan pembelajaran yang lebih relevan
dengan kebutuhan dunia digital, meningkatkan kualitas pembelajaran, serta efisiensi
proses belajar-mengajar. Selain itu, penelitian ini bermanfaat bagi guru dalam
meningkatkan literasi digital dan kompetensi dalam memanfaatkan teknologi, sesuai
[Praktik Baik Menghadirkan Pengalaman Belajar yang
Interaktif Melalui Integrasi TPACK dan PBL dalam
Pembelajaran Informatika]
Vol. 2, No. 12, 2024
214
dengan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007. Model PBL juga membantu peserta didik
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kolaboratif, keterampilan penting dalam
dunia kerja dan kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
acuan bagi sekolah lain dalam mengembangkan metode pembelajaran inovatif berbasis
teknologi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di berbagai konteks.
METODE PENELITIAN
Metode TPACK
TPACK adalah sebuah kerangka yang dapat mengintegrasikan teknologi ke dalam
proses pembelajaran, kerangka ini termasuk pengetahuan tentang teknologi, materi, dan
proses pembelajaran (Melodiana, Meirliyanto, & Darmawan, 2024, hlm. 30). TPACK
bertujuan untuk membantu guru memahami bagaimana ketiga komponen ini saling
berinteraksi dalam konteks pembelajaran yang berbasis teknologi. Pendekatan TPACK
memfokuskan pada:
1. Pengetahuan Teknologi (Technological Knowledge): Pemahaman guru tentang
perangkat teknologi dan bagaimana teknologi tersebut dapat digunakan dalam
pembelajaran.
2. Pengetahuan Pedagogi (Pedagogical Knowledge): Strategi pengajaran yang digunakan
guru untuk menyampaikan materi dengan cara yang efektif.
3. Pengetahuan Konten (Content Knowledge): Penguasaan guru terhadap materi atau
konten yang akan diajarkan.
Model PBL
Problem-Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah adalah metode
pembelajaran yang memanfaatkan masalah kontekstual yang dihadapi oleh siswa untuk
mengembangkan keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, serta memahami inti
materi dari suatu pelajaran (Harisdayani, Syaifudin, & Nurhayati, 2024, hlm. 51). Dalam
pendekatan ini, guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing, sementara siswa
menjadi pusat aktivitas belajar. Metode ini memungkinkan guru untuk menciptakan
lingkungan yang dimulai dengan permasalahan relevan bagi siswa, sehingga memberikan
mereka kesempatan untuk memperoleh pengalaman belajar yang lebih nyata dan realistis.
Tahapan dalam pembelajaran berbasis masalah (Trianto, 2011, sebagaimana dikutip
dalam Harisdayani, Syaifudin, & Nurhayati, 2024, hlm. 52) terdiri dari:
1. Orientasi siswa terhadap masalah: Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik
yang diperlukan, serta mengajukan masalah, sambil memotivasi siswa untuk terlibat
dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar: Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berkaitan dengan masalah tersebut.
3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok: Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang relevan dan melaksanakan eksperimen untuk
menemukan solusi terhadap masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya: Guru membantu siswa merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan, video, atau model, serta membantu
mereka berbagi tugas dalam kelompok.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah: Guru membantu siswa
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses
yang telah mereka gunakan.
Vol. 2, No. 12, 2024
[Praktik Baik Menghadirkan Pengalaman Belajar yang Interaktif
Melalui Integrasi TPACK dan PBL dalam Pembelajaran
Informatika]
https://blantika.publikasiku.id/
215
Dengan mengikuti tahapan ini, pembelajaran berbasis masalah dapat memberikan
pengaruh positif terhadap keterampilan siswa dalam menghadapi tantangan nyata.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada awal proses pembelajaran di kelas X.TKJ, metode yang digunakan masih
didominasi oleh ceramah. Dalam metode ini, peserta didik hanya mendengarkan
penjelasan guru dan kemudian diminta untuk menulis materi, yang dikenal dengan istilah
"catat bahan sampai habis." Namun, mata pelajaran informatika memerlukan pemahaman
yang lebih dari sekedar hafalan dan teori. Dibutuhkan praktik yang realistis agar peserta
didik dapat benar-benar merasakan dan memahami apa yang mereka pelajari. Akibat dari
metode yang terlalu berfokus pada hafalan dan menulis tanpa disertai praktik, peserta
didik tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan yang diperlukan.
Hal ini menghambat mereka dalam mengeksplorasi kecanggihan teknologi. Bahkan,
ditemukan kasus di mana beberapa peserta didik masih kaku dalam berinteraksi dengan
komputer, seperti kesulitan menggerakkan mouse dan lambat dalam mengetik. Masalah
ini tidak hanya terjadi di jurusan TKJ, tetapi juga di empat jurusan lainnya di SMKN 1
Bulango Utara, berdasarkan pengamatan langsung di kelas. Metode pembelajaran yang
monoton ini berdampak pada rendahnya motivasi belajar peserta didik. Hal ini terlihat
dari kurangnya perhatian saat guru menjelaskan, peserta didik yang lebih banyak
berbicara dengan teman, bermain ponsel, serta minimnya rasa ingin tahu terhadap materi.
Selain itu, peserta didik juga kurang antusias saat menjawab atau mengajukan pertanyaan,
serta sering terlambat dalam mengumpulkan tugas.
Setelah melakukan eksplorasi melalui pengamatan langsung, pengumpulan bukti
atau informasi melalui wawancara serta melakukan analisis ditemukan penyebab utama
permasalahan tersebut muncul karena metode pembelajaran yang masih konvensional
dan kurang bervariasi, serta kurang melibatkan peserta didik dalam pembelajaran
kolaboratif. Pembelajaran masih berfokus pada penguasaan pengetahuan di level C1
(mengingat), dan C2 (memahami), karena belum terbiasa melaksanakan pembelajaran
yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi/HOTS (higher order thinking
skills).
Dalam penerapan model PBL, pembelajaran berkisar pada masalah atau pertanyaan
yang nyata. Langkah awal yang dilakukan adalah mengorientasi peserta didik pada
masalah. Dalam hal ini guru memotivasi peserta didik terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah yang dipilihnya. Langkah kedua mengorganisasi peserta didik untuk belajar,
dimana guru membantu peserta didik mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut. Langkah ketiga membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok, guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai
dengan masalahnya. Langkah keempat mengembangkan dan menyajikan hasil karya,
guru membantu peserta didik dalam merencakan dan menyajikan hasil karya yang sesuai
dengan laporannya. Langkah terakhir adalah menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah, guru membantu peserta didik melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka.
Sementara dalam penerapan metode TPACK, dari segi pengetahuan konten pada
praktik pembelajaran ini, materi "Validitas Data" dipilih sebagai konten yang diajarkan.
[Praktik Baik Menghadirkan Pengalaman Belajar yang
Interaktif Melalui Integrasi TPACK dan PBL dalam
Pembelajaran Informatika]
Vol. 2, No. 12, 2024
216
Pemilihan ini sesuai dengan perencanaan modul ajar informatika pada elemen berpikir
komputasional (BK), yang menargetkan agar peserta didik memiliki keterampilan dalam
mengevaluasi sumber data dalam konteks nyata. Peserta didik diberikan Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) yang berisi deskripsi masalah untuk dianalisis.
Dari segi pengetahuan pedagogik, pembelajaran menggunakan pendekatan blended
learning, yang menggabungkan pembelajaran daring secara mandiri dengan tatap muka.
Tujuannya adalah untuk mendorong peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran mandiri
dan mengurangi waktu tatap muka di kelas. Dalam pertemuan tatap muka, guru hanya
menjelaskan poin-poin penting atau melakukan sesi tanya jawab terkait hal-hal yang
belum dipahami selama pembelajaran mandiri. Setelah itu, peserta didik langsung
melaksanakan tugas praktik yang diberikan.
Dari segi pengetahuan teknologi, Google Classroom digunakan untuk mendukung
pembelajaran secara mandiri. Melalui Google Classroom, peserta didik dapat mengakses
materi pelajaran, mengerjakan tugas, dan mengumpulkan hasil pekerjaan mereka.
Platform ini juga memudahkan dalam memberikan nilai secara langsung kepada peserta
didik, sehingga seluruh proses pembelajaran, mulai dari distribusi materi hingga
penilaian, dapat dilakukan secara terintegrasi. Sedangkan pada pembelajaran tatap muka,
platform Google Docs dimanfaatkan untuk berkolaborasi secara real-time dengan peserta
didik. Selain itu, fitur-fitur canggih pada Google Docs, seperti voice typing,
diperkenalkan untuk memudahkan proses pengetikan. Peserta didik terlihat antusias
menggunakan berbagai tools yang tersedia karena membantu mereka dalam
menyelesaikan tugas. Untuk penyajian data, Google Slides digunakan agar memudahkan
peserta didik dalam mempresentasikan hasil laporan mereka. Pada akhir pembelajaran,
Google Forms dimanfaatkan untuk memperoleh umpan balik dari peserta didik mengenai
materi yang telah mereka pelajari, hal-hal yang belum dipahami, serta solusi yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki pemahaman tersebut.
Setelah menerapkan praktik pembelajaran dengan integrasi TPACK dan PBL dalam
mata pelajaran informatika, keaktifan dan motivasi belajar peserta didik menunjukkan
peningkatan yang signifikan. Hal ini terlihat dari keberanian peserta didik dalam
mengemukakan pendapat, antusiasme mereka dalam bertanya, serta keingintahuan yang
lebih mendalam terhadap materi yang dipelajari. Selain itu, peningkatan ini juga
tercermin dari terjalinnya kerjasama dan kolaborasi tim dalam memecahkan masalah,
yang menandakan keterlibatan aktif peserta didik dalam proses pembelajaran.
Terlepas dari hasil positif dalam proses pembelajaran yang telah dijelaskan
sebelumnya, perlu juga dipaparkan mengenai tantangan dan tingkat kesulitan yang
dihadapi dalam menerapkan model TPACK dan PBL. Salah satu tantangan utama adalah
kesulitan dalam mencari masalah kontekstual yang relevan dan sesuai dengan kehidupan
nyata untuk dianalisis oleh peserta didik. Selain itu, peserta didik sering mengalami
kesulitan dalam memahami materi karena pembelajaran berbasis PBL dan integrasi
teknologi dalam TPACK menuntut pemikiran tingkat tinggi. Hal ini memerlukan upaya
lebih dari guru untuk membimbing peserta didik dalam mengembangkan keterampilan
berpikir kritis dan kreatif, agar mereka dapat memecahkan masalah dengan baik dan
memanfaatkan teknologi secara efektif dalam pembelajaran.
Vol. 2, No. 12, 2024
[Praktik Baik Menghadirkan Pengalaman Belajar yang Interaktif
Melalui Integrasi TPACK dan PBL dalam Pembelajaran
Informatika]
https://blantika.publikasiku.id/
217
KESIMPULAN
Penerapan integrasi TPACK dan PBL di SMK Negeri 1 Bulango Utara, khususnya
pada mata pelajaran Informatika kelas X.TKJ sangat relevan, mengingat tujuan utama
jurusan ini yaitu “menghasilkan lulusan yang menguasai keterampilan di bidang teknik
komputer dan jaringan yang sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi, produktif secara individu dan kelompok serta mampu berinovasi dan berjiwa
wirausaha mandiri”. Dengan metode ini, peserta didik tidak hanya dibekali dengan
pengetahuan teoritis, tetapi juga dilatih untuk berpikir kritis, kreatif, dan mampu
menyelesaikan masalah secara efektif. Hal ini sejalan dengan tuntutan dunia kerja yang
semakin menuntut lulusan yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga memiliki
soft skills yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Melodiana, N., Meirliyanto, F., & Darmawan, A. (2024). Optimalisasi Pemanfaatan TIK
dalam
Pembelajaran Abad 21: Sasaran Guru dan Tenaga Kependidikan. Balai Layanan Platform
Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Harisdayani, Syaifudin, M., & Nurhayati, A. S. (2024). Penerapan Model
Pembelajaran
Berbasis Sumber Belajar Digital: Sasaran Guru dan Tenaga Kependidikan. Balai Layanan
Platform Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Surani, D. (2019). Studi Literatur: Peran Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan 4.0.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Vol.
2, No. 1, hal. 456-469.
Febrianti, L. Y. (2022, 17 Desember). Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran
berbasis
digital. BINUS Learning Community. https://lc.binus.ac.id/2022/12/17/pemanfaatan-
teknologi-dalam-pembelajaran-berbasis-digital/