1
Blantika: Multidisciplinary Jornal
Volume 3 Number 4, Februari, 2025
p- ISSN 2987-758X e-ISSN 2985-4199
Hubungan Ketebalan Lemak Viseral dengan Tekanan Darah Sistolik
dan Diastolik pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi dengan Obesitas Sentral
Ariel Caezarian Judhea Tumundo, Damajanty Hellen Carol Pangemanan, Erwin
Adams Pangkahila
Universitas Sam Ratulangi, Indonesia
E-mail: arieltumundo011@student.unsrat.ac.id, yantipangemanan@unsrat.ac.id,
erwinpangkahila@unsrat.ac.id
ABSTRAK
Meningkatnya prevalensi hipertensi dan obesitas viseral di kalangan mahasiswa, yang
berpotensi meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengeksplorasi hubungan antara ketebalan lemak viseral dengan tekanan darah sistolik dan
diastolik pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Metode yang
digunakan adalah desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional,
melibatkan 96 mahasiswa yang dipilih secara purposive sampling. Pengukuran ketebalan lemak
viseral dilakukan menggunakan ultrasonografi (USG), sementara tekanan darah diukur
menggunakan sphygmomanometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi ketebalan
lemak viseral terbanyak berada pada rentang 5-5,99 mm, dan tekanan darah sistolik
menunjukkan hubungan signifikan (p = 0,003) dengan ketebalan lemak viseral (r = 0,303).
Namun, tidak ditemukan hubungan signifikan antara ketebalan lemak viseral dan tekanan darah
diastolik (p = 0,564). Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ketebalan lemak viseral
memiliki pengaruh signifikan terhadap tekanan darah sistolik, tetapi tidak terhadap tekanan
darah diastolik. Penelitian ini memberikan wawasan penting tentang faktor yang mempengaruhi
hipertensi di kalangan mahasiswa.
Kata Kunci: lemak viseral; tekanan darah sistolik; tekanan darah diastolik.
ABSTRACT
The increasing prevalence of hypertension and visceral obesity among college students, which
potentially increases the risk of cardiovascular disease. The purpose of this study was to explore
the relationship between visceral fat thickness and systolic and diastolic blood pressure in
students of the Faculty of Medicine, Sam Ratulangi University. The method used was an
analytical observational study design with a cross-sectional approach, involving 96 students
selected by purposive sampling. Measurement of visceral fat thickness was carried out using
ultrasonography (USG), while blood pressure was measured using a sphygmomanometer. The
results showed that the distribution of the largest visceral fat thickness was in the range of 5-
5.99 mm, and systolic blood pressure showed a significant relationship (p = 0.003) with visceral
fat thickness (r = 0.303). However, no significant relationship was found between visceral fat
thickness and diastolic blood pressure (p = 0.564). The conclusion of this study is that visceral
fat thickness has a significant effect on systolic blood pressure, but not on diastolic blood
pressure. This study provides important insights into the factors that influence hypertension
among college students.
Vol. 3, No. 4, 2025
2
Keywords: visceral fat; systolic blood pressure; dyastolic blood pressure.
qw56
PENDAHULUAN
Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, adalah salah satu penyebab utama morbiditas
dan mortalitas dini yang dapat dicegah di seluruh dunia (1, 2, 3). Hipertensi merupakan
faktor risiko utama untuk berbagai penyakit kardiovaskular, termasuk penyakit jantung
koroner, stroke, dan gagal ginjal (4). Prevalensi hipertensi meningkat seiring bertambahnya
usia, dengan sekitar 30-45% populasi dewasa di berbagai negara Eropa mengalami kondisi
ini (4). Di Amerika Serikat, hipertensi menyumbang lebih banyak kematian akibat penyakit
kardiovaskular dibandingkan faktor risiko lainnya, kecuali merokok (2). Data dari American
Heart Association (AHA) tahun 2023 menunjukkan bahwa sekitar 47% orang dewasa di
Amerika Serikat menderita hipertensi. Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2018, prevalensi hipertensi pada penduduk usia 18 tahun ke atas mencapai
34,1%. Angka ini menunjukkan pentingnya pemahaman yang lebih baik tentang faktor-
faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan tekanan darah. Berdasarkan konsensus
Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia pada tahun 2019, tekanan darah diklasifikasikan
menjadi tekanan darah normal (120-129/80-84 mmHg), tekanan darah normal-tinggi (130-
139/85-89 mmHg), hipertensi derajat 1 (140-159/90-99 mmHg), dan hipertensi derajat 2
(160-179/100-109 mmHg) (5, 6, 7).
Tekanan darah terdiri dari dua tekanan, yaitu tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan
darah diastolik (TDD). Tekanan sistolik adalah tekanan dalam arteri ketika jantung
berkontraksi, sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan ketika jantung beristirahat di
antara kontraksi (2). Menurut pedoman American College of Cardiology (ACC) dan
American Heart Association (AHA) tahun 2017, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
darah yang melebihi atau sama dengan 130/80 mmHg (2).
Obesitas telah menjadi masalah kesehatan global yang semakin meningkat dalam
beberapa dekade terakhir. Obesitas viseral dikaitkan dengan berbagai perubahan metabolik
yang signifikan, termasuk resistensi insulin, hiperlipidemia, dan hipertensi (8). Menurut data
World Health Organization (WHO) tahun 2022, lebih dari 1,9 miliar orang dewasa
mengalami kelebihan berat badan, dan dari jumlah tersebut, lebih dari 650 juta orang
mengalami obesitas. Salah satu aspek penting dari obesitas yang menjadi perhatian khusus
dalam bidang kesehatan adalah akumulasi lemak viseral (9).
Lemak viseral, juga dikenal sebagai lemak intra-abdominal yang memiliki hubungan
erat dengan obesitas sentral, merupakan lemak yang terkumpul di sekitar organ-organ vital
dalam rongga perut (2, 3, 8). Berbeda dengan lemak subkutan yang terletak di bawah kulit,
lemak viseral memiliki aktivitas metabolik yang lebih tinggi dan berpotensi lebih berbahaya
bagi kesehatan. Studi yang dilakukan Shuster A. tahun 2012 dan Matsuzawa Y. tahun 2011
menunjukkan bahwa akumulasi lemak viseral berkaitan erat dengan berbagai gangguan
Vol. 3, No. 4, 2025
3
metabolik, termasuk resistensi insulin, dislipidemia, dan peningkatan risiko penyakit
kardiovaskular (4, 8).
Hubungan antara ketebalan lemak viseral dan tekanan darah menjadi fokus penelitian
yang semakin intensif dalam beberapa tahun terakhir. Teori yang dikemukakan Hall J. E.
pada tahun 2015 menunjukkan adanya korelasi antara peningkatan lemak viseral dengan
peningkatan tekanan darah. Hipotesis yang diajukan melibatkan peran sistem renin-
angiotensin, peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, dan perubahan dalam produksi
adipokin oleh jaringan lemak viseral (8). Penelitian lainnya dilakukan pada 563 orang
Jepang-Amerika oleh Hayashi T. pada tahun 2003, menyatakan bahwa peningkatan
ketebalan lemak viseral meningkatkan resiko hipertensi pada orang Jepang-Amerika (11).
Studi yang dilakukan di Kroasia oleh Petrinović M. pada tahun 2023 mengatakan
peningkatan ketebalan lemak viseral dapat meningkatkan tekanan darah diastolik (58).
Berdasarkan penelitian di atas, meningkatnya jumlah lemak viseral di dalam tubuh dapat
meningkatkan nilai tekanan darah. Tetapi, sampel yang digunakan lebih banyak
menggunakan usia dewasa dibandingan usia remaja.
Prevalensi obesitas dan hipertensi yang terus meningkat, serta potensi dampak
kesehatan jangka panjang yang serius, penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara lemak
viseral dan tekanan darah sangat diperlukan (6, 7, 10). Studi ini bertujuan untuk
mengeksplorasi hubungan tersebut, dengan melakukan penelitian terkait hubungan lemak
viseral dengan tekanan darah sistolik dan diastolik berdasarkan fenomena, penelitian
terdahulu, research gap, dan lokasi penelitian yang ada. Peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian menggunakan metode pencitraan ultrasonografi (USG) untuk mengukur ketebalan
lemak viseral sebagai bentuk lain dari beberapa penelitian sebelumnya, dengan harapan
dapat memberikan kontribusi pada pemahaman yang lebih komprehensif tentang
patofisiologi hipertensi, dan pengembangan strategi pencegahan, serta pengobatan yang
lebih efektif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lemak viseral dengan
tekanan darah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi yang
mengalami obesitas sentral. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
tingkat ketebalan lemak viseral mahasiswa, mendeskripsikan nilai tekanan darah sistolik dan
diastolik mereka, serta menganalisis hubungan antara ketebalan lemak viseral dengan
tekanan darah sistolik dan diastolik.
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi penulis sebagai
sumber informasi dan evaluasi mengenai hubungan ketebalan lemak viseral dengan tekanan
darah. Bagi institusi pendidikan, khususnya Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi penting mengenai masalah
kesehatan ini. Selain itu, bagi masyarakat, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber
informasi dan evaluasi mengenai hubungan lemak viseral dengan tekanan darah pada
mahasiswa yang mengalami obesitas sentral.
Implikasi dari penelitian ini adalah memberikan informasi yang berguna untuk
pengembangan strategi pencegahan dan pengobatan hipertensi, serta meningkatkan
kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan metabolik di kalangan mahasiswa.
Vol. 3, No. 4, 2025
4
METODE
Jenis penelitian menggunakan penelitian kuantitatif dan dianalisis secara statistik
karena data dikumpulkan berupa angka-angka. Rancangan penelitian ini menggunakan
desain observational yang bersifat analitik korelatif dengan jenis penelitian cross-sectional
atau potong lintang.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi. Sampel penelitian terdiri dari mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, yang ditentukan menggunakan teknik
purposive sampling. Pemilihan sampel ini mempertimbangkan kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi mencakup mahasiswa yang memiliki penumpukan lemak berlebih di area
perut dan bersedia menjadi subjek penelitian. Sementara itu, kriteria eksklusi mencakup
mahasiswa yang mengundurkan diri sebagai subjek penelitian atau dalam keadaan sakit,
sehingga tidak memungkinkan untuk mengikuti penelitian.
Besaran sampel minimal pada penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin:
n =
N
1+Ne
2
Keterangan:
n = Jumlah sampel minimal
N = Populasi
e = Error margin
Jumlah populasi mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi yakni 1408. Tingkat maksimum error margin yang digunakan adalah 10%.
Jumlah minimal besaran sampel pada penelitian ini sebagai berikut:
n =
N
1+Ne
2
n =
1408
1+1408(0,1)
2
n = 93,368
Berdasarkan perhitungan tersebut, didapatkan hasil perhitungan jumlah sampel
minimal yaitu 93,368 dan akan dibulatkan menjadi 94 sampel. Penelitian ini terdiri dari dua
variabel, yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen).
a. Variabel Bebas (Independen) : Ketebalan Lemak Viseral.
b. Variabel Terikat (Dependen) : Tekanan Darah Sistolik dan Tekanan Darah Diastolik.
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, dengan
waktu pelaksanaan berlangsung dari Oktober hingga Desember 2024. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi formulir informed consent, yang berfungsi untuk
menyatakan bahwa subjek bersedia mengikuti penelitian sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan. Selain itu, juga digunakan kuesioner data pribadi, yang dibagikan secara online
melalui Google Form untuk mengumpulkan informasi diri dari subjek penelitian.
Vol. 3, No. 4, 2025
5
Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data
Responden diminta untuk mengisi formular secara online dan informed consent
sebagai bentuk persetujuan bersedia untuk mengikuti penelitian, selanjutnya data
ketebalan lemak viseral menggunakan USG Tipe CBC D60 Digital Power Doppler.
Teknik Pengambilan Ketebalan Lemak Viseral :
1. Tahap Persiapan
a. Sediakan alat USG transabdominal.
b. Pastikan transducer dan mesin telah dibersihkan.
c. Nyalakan alat USG.
d. Melakukan pengisian nama dan data lainnya pada mesin USG
e. Tekan tombol exam pada mesin USG, scroll dengan touch ball, sorot kursor ke menu
exam dan klik tombol set untuk pilih. USG siap untuk pengambilan gambar.
f. Meminta subjek untuk berbaring dalam posisi terlentang di atas tandu dengan
membuka pakaian di area yang akan diperiksa.
g. Sebelum melakukan pengukuran perhatikan kenyamanan, privacy dan hak pasien
2. Tahap Pengukuran
a. Aplikasikan jelly ultrasound pada area yang akan diperiksa untuk menghilangkan
udara diantara transducer dengan kulit subjek
b. Transducer digerakan di atas area yang diperiksa untuk mengirim dan menerima
gelombang suara
c. Simpan hasil gambar yang didapatkan saat pengukuran
d. Interpretasikan hasil ukuran
e. Catat hasil pengukuran
Selanjutnya mengukur tekanan darah menggunakan Sphygmomanometer Aneroid
GEA MC-20(50).
Langkah-langkah Pengukuran:
1. Persiapan:
a. Sphygmomanometer aneroid dipastikan dalam keadaan baik dan manometer dapat
menunjukkan angka yang jelas.
b. Pastikan manset sphygmomanometer yang digunakan dalam keadaan bersih dan tidak
rusak.
2. Posisi Pasien:
a. Minta pasien duduk dengan tenang selama 5 menit sebelum pengukuran.
b. Pastikan pasien berada dalam posisi yang nyaman, dengan kaki tidak disilangkan dan
lengan dalam posisi rata di atas meja atau permukaan datar.
c. Pastikan lengan yang akan diukur bebas dari pakaian dan dalam posisi sejajar dengan
jantung.
3. Pemasangan Manset:
a. Pasang manset di sekitar lengan atas, tepat di atas siku, dengan Velcro atau pengikat
manset terpasang rapat, tetapi tidak terlalu ketat.
b. Manset harus ditempatkan sekitar 2-3 cm di atas lekuk siku.
4. Tempatkan Stetoskop:
Vol. 3, No. 4, 2025
6
Letakkan kepala stetoskop di area fosa kubiti (lekuk siku), tepat di bawah manset,
pada arteri brakialis, untuk mendengarkan suara detak jantung.
5. Pembacaan Tekanan:
a. Mulai dengan menutup katup pada bola pompa dan pompa manset secara perlahan
sampai tekanan pada manometer mencapai sekitar 20-30 mmHg lebih tinggi dari
perkiraan tekanan darah sistolik pasien (biasanya sekitar 180 mmHg untuk dewasa
sehat).
b. Secara perlahan buka katup bola pompa untuk melepaskan udara dari manset dengan
kecepatan sekitar 2-3 mmHg per detik.
6. Mengukur Tekanan Sistolik dan Diastolik:
Dengarkan dengan teliti suara korotkoff menggunakan stetoskop:
a. Tekanan sistolik adalah angka saat Anda mulai mendengar suara detak pertama
(berdetak keras).
b. Tekanan diastolik adalah angka saat suara detak mulai menghilang atau terdengar lebih
lemah.
7. Pengakhiran Pengukuran:
a. Setelah tekanan darah terukur, lepaskan seluruh udara dari manset dengan cepat dan
hati-hati.
b. Pastikan untuk mencatat hasil pengukuran tekanan darah tersebut.
8. Pemeriksaan Ulang:
Lakukan pengukuran ulang sebanyak dua kali pada lengan yang sama atau lengan
yang lain setelah beberapa menit dan hitung rata-ratanya.
Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dilakukan pengecekan (editing), selanjutnya pengkodean
jawaban (coding), kemudian dibuat tabel berdasarkan variabel (tabulating) dan
dimasukkan dalam program komputer (entry) untuk dilakukan analisa statistik dengan
program Statistical Product and Service Solution (SPSS).
2. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak program SPSS.
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui karakteristik subjek penelitian
dan mendistribusikan setiap variabel yang diteliti. Analisis univariat dilakukan dengan
memasukkan data secara terpisah dalam tabel distribusi frekuensi.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat. Uji yang digunakan yaitu uji korelasi Pearson jika data terdistribusi
normal menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (dengan syarat sampel > 50) dan
bersifat homogen yang diuji menggunakan tes Levene (sampel tidak mencapai 50).
Apabila tidak memenuhi salah satu syarat tersebut maka uji statistik menggunakan uji
korelasi Spearman.
Vol. 3, No. 4, 2025
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan terhadap 96 mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi pada bulan Oktober hingga November
2024.
1. Analisis Univariat
Analisis dilakukan untuk mendistribusi frekuensi dari jenis kelamin, usia, ketebalan
lemak viseral, TDS, dan TDD dari responden.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase (%)
Laki-laki
46
47.9
Perempuan
50
52.1
Total
96
100.0
Tabel 1 menunjukkan menunjukkan distribusi jenis kelamin dari 96 sampel. Mayoritas
sampel terdiri dari perempuan, yaitu sebanyak 50 responden (52,1%). Sedangkan, laki-laki
sebanyak 46 responden (47,9%).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Usia
Usia (Tahun)
Frekuensi
Persentase (%)
16
1
1.04
17
23
24.0
18
46
47.9
19
21
21.9
20
2
2.1
21
3
3.1
Total
96
100.0
Tabel 2 menunjukkan distribusi usia dari responden. Kelompok usia yang paling
dominan adalah 18 tahun, dengan 46 responden (47,9%) dari total sampel dan kelompok
usia paling sedikit ialah 16 tahun hanya terdiri dari 1 responden (1,04%).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Ketebalan Lemak Viseral
Ketebalan Lemak Viseral
(mm)
Frekuensi
Persentase (%)
0-2.99
6
6.25
3-3.99
5
5.2
4-4.99
14
14.58
5-5.99
21
21.87
6-6.99
10
10.41
Vol. 3, No. 4, 2025
8
7-7.99
18
18.75
8-8.99
8
8.33
9-9.99
10
10.41
10-10.99
2
2.08
11-11.99
2
2.08
12-12.99
1
1.04
Total
96
100.0
Tabel 4 menggambarkan distribusi ketebalan lemak viseral (dalam milimeter) pada 96
responden, yang dibagi ke dalam beberapa rentang kategori. Frekuensi tertinggi adalah 5-
5,99 mm, terdapat 21 responden (21,87%). Sementara itu, rentang dengan frekuensi paling
rendah adalah 12-12,99 mm, sebanyak 1 responden (1.04%).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sistolik
Tekanan Darah Sistolik (mmHg)
Frekuensi
Persentase (%)
<120
35
36.46
120-129
27
28.12
130-139
23
23.96
≥140
11
11.46
Total
96
100.0
Tabel 5 menunjukkan distribusi frekuensi TDS (dalam mmHg) pada 96 responden
yang dibagi menjadi beberapa kategori. Tekanan dengan frekuensi tertinggi adalah 90-119
dengan jumlah 35 responden (36,46%). Rentang tekanan sistolik yang paling sedikit ialah
140-159 dengan frekuensi 11 (11,46%).
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Diastolik
Tekanan Darah Diastolik
(mmHg)
Frekuensi
Persentase (%)
<80
59
61.46
80-89
29
30.21
>90
8
8.33
Total
96
100.0
Tabel 4 mendeskripsikan distribusi frekuensi TDD (dalam mmHg) pada 96 responden.
TDD terbanyak adalah <80 dengan frekuensi 59 responden (61.46%). Sementara itu, terdata
8 responden (8.33%) memiliki TDD >90.
2. Analisis Bivariat
Penelitian ini menggunakan uji korelasi pearson tentang hubungan ketebalan lemak
viseral dengan tekanan darah sistolik dan diastolik, dimana hasil pengukuran dilakukan uji
normalitas terlebih dahulu untuk menentukan uji korelasi yang digunakan. Uji Kolmogorov-
Vol. 3, No. 4, 2025
9
Smirnov (Tabel 7) direkomendasikan untuk sampel yang besar (lebih dari 50). Pada uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov, didapatkan nilai p = 0,666 dan 0,800. Diketahui nilai p >
0,005, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh data berdistribusi normal. Maka uji korelasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi Pearson.
Berdasarkan uji korelasi pearson, didapatkan koefisien korelasi antara ketebalan lemak
viseral dengan TDS dengan nilai r = 0,303 (> r = 0,202). Dikarenakan nilai signifikansi
hubungan antar variabel lebih kecil dibandingkan nilai probabilitasnya yaitu 0,003 (< 0,05),
maka bisa diambil kesimpulan bahwa ada korelasi yang signifikan antara ketebalan lemak
viseral dengan TDS.
Sebaliknya, hasil uji korelasi pearson terhadap ketebalan lemak viseral dengan TDD
dengan nilai r = 0,060 (< r = 0,202) dan signifikansi hubungan antar variabel 0,564 (> 0,05).
Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat korelasi antara ketebalan lemak viseral
dengan TDD.
Pembahasan
Penelitian yang dilakukan pada 96 mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, didapatkan bahwa mayoritas sampel terdiri
dari perempuan, yaitu sebanyak 52,1%, sedangkan laki-laki sebanyak 47,9%. Meskipun
terdapat perbedaan jumlah, distribusi antara laki-laki dan perempuan relatif seimbang,
dengan sedikit dominasi oleh kelompok perempuan.
Kelompok usia yang paling dominan pada penelitian ini adalah 18 tahun, dengan 46
responden (47,9%). Selanjutnya, kelompok 17 tahun mencakup 23 responden (24%), diikuti
oleh kelompok 19 tahun sebanyak 21 responden (21,9%). Kelompok usia 21 tahun terdiri
dari 3 responden (3,1%) dan kelompok usia 16 tahun yang paling sedikit hanya terdiri dari
1 responden (1%).
Distribusi ketebalan lemak viseral (dalam milimeter) pada 96 sampel, yang dibagi ke
dalam beberapa rentang kategori menunjukkan frekuensi yang tertinggi adalah 5-5,99 mm,
dengan jumlah 21 responden (21,87%). Sementara itu, kategori dengan frekuensi tertinggi
kedua adalah 7-7,99 mm, dengan 18 responden (18,75%). Sebaliknya, ketebalan lemak
viseral yang lebih tinggi, seperti 12-12,99 mm, hanya mencakup 1 responden (1,04%).
Kategori lainnya dengan jumlah rendah adalah 10-10,99 mm dan 11-11,99 mm, masing-
masing dengan 2 responden (2,08%).
Tabel 5 menunjukkan TDS dengan frekuensi tertinggi adalah 90-119 dengan jumlah
35 responden (36,46%). Rentang tekanan sistolik kedua terbanyak ialah 120-129 dengan
frekuensi 27 (28,12%), diikuti oleh TDS 130-139 dengan jumlah 23 responden (23,96%).
Sementara itu, TDS yang tinggi seperti 140-159 hanya berjumlah 11 responden (11,46%).
Distribusi frekuensi TDD pada tabel 6 menunjukkan TDD terbanyak adalah <80 dengan
frekuensi 59 responden (61.46%) diikuti TDD 80-89 dengan jumlah 29 responden (30,21%).
Sementara itu, terdata 8 responden (8,33%) memiliki TDD >90.
Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-smirnov ditemukan nilai p dari setiap
variabel memiliki nilai p > 0,05 maka dapat disimpulkan seluruh data terdistribusi normal
(Tabel 7). Hasil analisis korelasi yang dilakukan menggunakan uji korelasi Pearson (Tabel
Vol. 3, No. 4, 2025
10
8) menunjukkan koefisien korelasi antara ketebalan lemak viseral dengan TDS (r > 0,202).
Nilai signifikansi hubungan antara ketebalan lemak viseral dengan TDS lebih besar
dibandingkan nilai probabilitasnya yaitu p < 0,05. Temuan ini dapat dikatakan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara ketebalan lemak viseral dengan TDS. Sedangkan nilai
korelasi antara ketebalan lemak viseral dengan TDD menunjukkan r < 0,202, dan nilai
signifikasi p > 0,05. Sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan antara ketebalan
lemak viseral dengan TDD.
Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara ketebalan
lemak viseral dengan tekanan darah sistolik. Temuan ini sejalan dengan berbagai penelitian
sebelumnya oleh Hall, J.E., et al. pada tahun 2015 yang mengindikasikan bahwa akumulasi
lemak viseral memiliki peran penting dalam peningkatan tekanan darah sistolik (8). Studi
Nishina M, et al. mengatakan bahwa jaringan lemak viseral merupakan organ endokrin yang
aktif mensekresi berbagai adipokin pro-inflamasi. Kondisi inflamasi kronis yang
ditimbulkan dapat menyebabkan disfungsi endotel dan berkontribusi pada peningkatan
tekanan darah sistolik. Akumulasi lemak viseral berkontribusi pada peningkatan aktivitas
sistem saraf simpatis, yang dapat menyebabkan vasokonstriksi dan peningkatan curah
jantung, sehingga berdampak pada peningkatan tekanan darah sistolik (62).
Petrinović M, et al. (2023) mengatakan bahwa tekanan darah diastolik lebih
dipengaruhi oleh resistensi perifer dan elastisitas pembuluh darah, sementara tekanan sistolik
lebih dipengaruhi oleh volume sekuncup dan kekakuan arteri (58). Menurut Rutan G, et al.
(1989), lemak viseral mungkin memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi tekanan sistolik dibandingkan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi tekanan diastolik (72).
Penelitian yang dilakukan oleh Nishina M, et al. pada populasi anak 6-15 tahun dengan
obesitas, menunjukkan tekanan diastolik cenderung lebih stabil dan kurang dipengaruhi oleh
perubahan metabolik dibandingkan dengan tekanan sistolik. Hal ini mungkin berkontribusi
pada tidak adanya korelasi yang signifikan antara lemak viseral dengan tekanan diastolik
(62).
Studi observasi Guo X, et al. tahun 2019 terhadap 168 sampel dengan rentang usia 18-
55 tahun, menunjukkan terdapat hubungan antara ketebalan lemak viseral dengan tekanan
darah pada Pria namun tidak pada Wanita (60). Hal ini dapat menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi hasil, di mana pada penelitian ini tidak dispesifikasikan jenis kelamin
sampel.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi, dapat disimpulkan bahwa distribusi ketebalan lemak viseral pada responden
berkisar antara 5-5,99 mm, dengan jumlah frekuensi terbanyak mencapai 21 responden
(21,87%) dan rata-rata keseluruhan ketebalan lemak viseral adalah 6,498 mm. Selain itu,
distribusi tekanan darah menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik dengan frekuensi
terbanyak berada pada rentang 90-119 mmHg, di mana terdapat 35 individu, dan nilai rata-
Vol. 3, No. 4, 2025
11
rata keseluruhan tekanan darah sistolik adalah 124 mmHg. Sementara itu, tekanan darah
diastolik dengan frekuensi terbanyak adalah <80 mmHg, yang mencakup 59 individu,
dengan nilai rata-rata keseluruhan tekanan darah diastolik sebesar 77 mmHg. Penelitian ini
juga menemukan adanya hubungan signifikan antara ketebalan lemak viseral dengan
tekanan darah sistolik (TDS) dengan nilai p < 0,05. Namun, tidak ditemukan hubungan
antara ketebalan lemak viseral dengan tekanan darah diastolik (TDD), karena nilai p > 0,05.
DAFTAR PUSTAKA
Saiz LC, Gorricho J, Garjón J, Celaya MC, Erviti J, Leache L. Blood pressure targets for the
treatment of people with hypertension and cardiovascular disease. Cochrane Database
of Systematic Reviews. 2020 Sept 9;2020(9). doi:10.1002/14651858.cd010315.pub4
Whelton PK, Carey RM, Aronow WS, Casey DE, Collins KJ, Dennison Himmelfarb C, et
al. 2017 ACC/AHA/AAPA/ABC/ACPM/AGS/apha/ash/ASPC/NMA/PCNA
guideline for the prevention, detection, evaluation, and management of high blood
pressure in adults: A report of the American College of Cardiology/American Heart
Association Task Force on Clinical Practice Guidelines. Hypertension. 2018
Jun;71(6). doi:10.1161/hyp.0000000000000065
Levy D, Ehret GB, Rice K, Verwoert GC, Launer LJ, Dehghan A, et al. Genome-wide
association study of Blood Pressure and hypertension. Nature Genetics. 2009 May
10;41(6):67787. doi:10.1038/ng.384
Kjeldsen SE. Hypertension and cardiovascular risk: General aspects. Pharmacological
Research. 2018 Mar;129:959. doi:10.1016/j.phrs.2017.11.003
Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI) [Internet]. Konsensus Penatalaksanaan
Hipertensi 2019. Indonesia Social Hipertensi Indonesia. [2019];190.
American Heart Association. [Internet]. Heart Disease and Stroke Statistics2023 Update
[2023]. Circulation, 147(8), e93-e621.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Internet]. Hasil Utama Riskesdas 2018.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan [2019].
Hall JE, do Carmo JM, da Silva AA, Wang Z, Hall ME. Obesity-induced hypertension.
Circulation Research. 2015 Mar 13;116(6):9911006.
doi:10.1161/circresaha.116.305697
Obesity and overweight [Internet]. World Health Organization; [cited 2025 Jan 15].
Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/obesity-and-
overweight
Yano Y, Vongpatanasin W, Ayers C, Turer A, Chandra A, Carnethon MR, et al. Regional
fat distribution and blood pressure level and variability. Hypertension. 2016
Sept;68(3):57683. doi:10.1161/hypertensionaha.116.07876
Hayashi T, Boyko EJ, Leonetti DL, McNeely MJ, Newell-Morris L, Kahn SE, et al. Visceral
adiposity and the prevalence of hypertension in Japanese Americans. Circulation. 2003
Oct 7;108(14):171823. doi:10.1161/01.cir.0000087597.59169.8d
Vol. 3, No. 4, 2025
12
Ayenigbara IO. The accumulation of visceral fat and preventive measures among the elderly.
Cardiovascular Innovations and Applications. 2020 Jul;4(4).
doi:10.15212/cvia.2019.0573
Shuster A, Patlas M, Pinthus JH, Mourtzakis M. The clinical importance of visceral
adiposity: A critical review of methods for visceral adipose tissue analysis. The British
Journal of Radiology. 2012 Jan;85(1009):110. doi:10.1259/bjr/38447238
Tchernof A, Després J-P. Pathophysiology of human visceral obesity: An update.
Physiological Reviews. 2013 Jan;93(1):359404. doi:10.1152/physrev.00033.2011
Després J-P, Lemieux I, Alméras N. Abdominal obesity and the metabolic syndrome.
Endocrine Updates. 2006;13752. doi:10.1007/978-0-387-32164-6_8
Fukuhara A, Matsuda M, Nishizawa M, Segawa K, Tanaka M, Kishimoto K, et al. Visfatin:
A protein secreted by visceral fat that mimics the effects of insulin. Obstetrical &amp;
Gynecological Survey. 2005 Aug;60(8):5234.
doi:10.1097/01.ogx.0000172388.75302.e6
Neeland IJ, Ross R, Després J-P, Matsuzawa Y, Yamashita S, Shai I, et al. Visceral and
ectopic fat, atherosclerosis, and cardiometabolic disease: A position statement. The
Lancet Diabetes &amp; Endocrinology. 2019 Sept;7(9):71525. doi:10.1016/s2213-
8587(19)30084-1
Yang X, Sui W, Zhang M, Dong M, Lim S, Seki T, et al. Switching harmful visceral fat to
beneficial energy combustion improves metabolic dysfunctions. JCI Insight. 2017 Feb
23;2(4). doi:10.1172/jci.insight.89044
Gastaldelli A, Miyazaki Y, Pettiti M, Matsuda M, Mahankali S, Santini E, et al. Metabolic
effects of visceral fat accumulation in type 2 diabetes. The Journal of Clinical
Endocrinology &amp; Metabolism. 2002 Nov;87(11):5098103.
doi:10.1210/jc.2002-020696
Angoorani H, Karimi Z, Naderi F, Mazaherinezhad A. Is ultrasound-measured abdominal
fat thickness a reliable method for predicting metabolic diseases in obese and
overweight women? Medical Journal of The Islamic Republic of Iran. 2018 Oct
30;32(1):4538. doi:10.14196/mjiri.32.78
Tchernof A, Després J-P. Pathophysiology of human visceral obesity: An update.
Physiological Reviews. 2013 Jan;93(1):359404. doi:10.1152/physrev.00033.2011
Leenen R, van der Kooy K, Seidell JC, Deurenberg P, Koppeschaar HP. Visceral fat
accumulation in relation to sex hormones in obese men and women undergoing weight
loss therapy. The Journal of Clinical Endocrinology &amp; Metabolism. 1994
Jun;78(6):151520. doi:10.1210/jcem.78.6.8200956
Veum VL, Laupsa-Borge J, Eng Ø, Rostrup E, Larsen TH, Nordrehaug JE, et al. Visceral
adiposity and metabolic syndrome after very highfat and low-fat isocaloric diets: A
randomized controlled trial. The American Journal of Clinical Nutrition. 2017
Jan;105(1):8599. doi:10.3945/ajcn.115.123463
Panchu P, Bahuleyan B, Babu R, Vijayan V. Age and sex variation in visceral adipose tissue.
International Journal of Advances in Medicine. 2019 Jan 23;6(1):101.
doi:10.18203/2349-3933.ijam20190113
Vol. 3, No. 4, 2025
13
Suresh N, Reddy R. Effect of lifestyle on body fat percentage and visceral fat in Indian
women with above normal body mass index. International Journal of Current Research
and Review. 2017; doi:10.7324/ijcrr.2017.9195
Onat A, Ayhan E, Hergenç G, Can G, Barlan MM. Smoking inhibits visceral fat
accumulation in Turkish women. Metabolism. 2009 Jul;58(7):96370.
doi:10.1016/j.metabol.2009.02.029
Zareie R, Yuzbashian E, Rahimi H, Asghari G, Zarkesh M, Hedayati M, et al. Dietary fat
content and adipose triglyceride lipase and hormone-sensitive lipase gene expressions
in adults’ subcutaneous and visceral fat tissues. Prostaglandins, Leukotrienes and
Essential Fatty Acids. 2021 Feb;165:102244. doi:10.1016/j.plefa.2021.102244
Nauli AM, Matin S. Why do men accumulate abdominal visceral fat? Frontiers in
Physiology. 2019 Dec 5;10. doi:10.3389/fphys.2019.01486
Ab Hadi NH, Harith S. Association of Lifestyle Habits and visceral fat accumulation among
unisza staff. Asian Journal of Medicine and Biomedicine. 2022 Nov 12;6(S1):1335.
doi:10.37231/ajmb.2022.6.s1.561
Blaak E. Gender differences in fat metabolism. Current Opinion in Clinical Nutrition and
Metabolic Care. 2001 Nov;4(6):499502. doi:10.1097/00075197-200111000-00006