Smirnov (Tabel 7) direkomendasikan untuk sampel yang besar (lebih dari 50). Pada uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov, didapatkan nilai p = 0,666 dan 0,800. Diketahui nilai p >
0,005, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh data berdistribusi normal. Maka uji korelasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi Pearson.
Berdasarkan uji korelasi pearson, didapatkan koefisien korelasi antara ketebalan lemak
viseral dengan TDS dengan nilai r = 0,303 (> r = 0,202). Dikarenakan nilai signifikansi
hubungan antar variabel lebih kecil dibandingkan nilai probabilitasnya yaitu 0,003 (< 0,05),
maka bisa diambil kesimpulan bahwa ada korelasi yang signifikan antara ketebalan lemak
viseral dengan TDS.
Sebaliknya, hasil uji korelasi pearson terhadap ketebalan lemak viseral dengan TDD
dengan nilai r = 0,060 (< r = 0,202) dan signifikansi hubungan antar variabel 0,564 (> 0,05).
Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat korelasi antara ketebalan lemak viseral
dengan TDD.
Pembahasan
Penelitian yang dilakukan pada 96 mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, didapatkan bahwa mayoritas sampel terdiri
dari perempuan, yaitu sebanyak 52,1%, sedangkan laki-laki sebanyak 47,9%. Meskipun
terdapat perbedaan jumlah, distribusi antara laki-laki dan perempuan relatif seimbang,
dengan sedikit dominasi oleh kelompok perempuan.
Kelompok usia yang paling dominan pada penelitian ini adalah 18 tahun, dengan 46
responden (47,9%). Selanjutnya, kelompok 17 tahun mencakup 23 responden (24%), diikuti
oleh kelompok 19 tahun sebanyak 21 responden (21,9%). Kelompok usia 21 tahun terdiri
dari 3 responden (3,1%) dan kelompok usia 16 tahun yang paling sedikit hanya terdiri dari
1 responden (1%).
Distribusi ketebalan lemak viseral (dalam milimeter) pada 96 sampel, yang dibagi ke
dalam beberapa rentang kategori menunjukkan frekuensi yang tertinggi adalah 5-5,99 mm,
dengan jumlah 21 responden (21,87%). Sementara itu, kategori dengan frekuensi tertinggi
kedua adalah 7-7,99 mm, dengan 18 responden (18,75%). Sebaliknya, ketebalan lemak
viseral yang lebih tinggi, seperti 12-12,99 mm, hanya mencakup 1 responden (1,04%).
Kategori lainnya dengan jumlah rendah adalah 10-10,99 mm dan 11-11,99 mm, masing-
masing dengan 2 responden (2,08%).
Tabel 5 menunjukkan TDS dengan frekuensi tertinggi adalah 90-119 dengan jumlah
35 responden (36,46%). Rentang tekanan sistolik kedua terbanyak ialah 120-129 dengan
frekuensi 27 (28,12%), diikuti oleh TDS 130-139 dengan jumlah 23 responden (23,96%).
Sementara itu, TDS yang tinggi seperti 140-159 hanya berjumlah 11 responden (11,46%).
Distribusi frekuensi TDD pada tabel 6 menunjukkan TDD terbanyak adalah <80 dengan
frekuensi 59 responden (61.46%) diikuti TDD 80-89 dengan jumlah 29 responden (30,21%).
Sementara itu, terdata 8 responden (8,33%) memiliki TDD >90.
Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-smirnov ditemukan nilai p dari setiap
variabel memiliki nilai p > 0,05 maka dapat disimpulkan seluruh data terdistribusi normal
(Tabel 7). Hasil analisis korelasi yang dilakukan menggunakan uji korelasi Pearson (Tabel