1
Blantika: Multidisciplinary Jornal
Volume 3 Number 4, Februari, 2025
p- ISSN 2987-758X e-ISSN 2985-4199
Analisis Pemilihan Supplier Kain Dryfit untuk Meningkatkan
Kualitas Jersey Basket dengan Metode AHP
Ni Komang Ayu Rizkya Firdayanti, Ni Made Cyntia Utami, I Made Dwi
Budiana Penindra, Bryan Estavan Imanuel Sitanggang
Universitas Udayana, Indonesia
E-mail: rizkyafirdayanti@gmail.com, nmcyntiautami@unud.ac.id,
budiana_penindra@yahoo.com, bryansitanggang94@gmail.com
ABSTRAK
Pemilihan supplier yang tepat sangat penting dalam industri konveksi untuk memastikan
kelancaran proses produksi dan kepuasan pelanggan. Oplonk Bross, sebuah usaha konveksi
jersey basket, menghadapi berbagai kendala dengan supplier kain dryfit sebelumnya, termasuk
keterlambatan pengiriman dan keluhan mengenai kualitas kain. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan alternatif supplier kain dryfit terbaik bagi Oplonk Bross dengan menggunakan
metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode AHP digunakan untuk mengidentifikasi
kriteria dan sub-kriteria yang relevan, seperti kualitas, harga, layanan, dan pengiriman. Data
dikumpulkan melalui observasi, wawancara dengan pemilik usaha, dan studi pustaka untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan. Hasil analisis menunjukkan bahwa Supplier A
memiliki prioritas tertinggi dengan skor 0,374092, diikuti oleh Supplier C (0,290386), Supplier
B (0,186327), dan Supplier D (0,149195). Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa
pemilihan supplier berdasarkan metode AHP dapat membantu Oplonk Bross dalam
menemukan sumber pemasok yang lebih sesuai dengan kebutuhan, sehingga meningkatkan
kualitas produk dan efisiensi produksi. Rekomendasi untuk perusahaan adalah untuk menjalin
kerja sama dengan Supplier A untuk memenuhi kebutuhan kain dryfit yang berkualitas.
Kata Kunci: ahp; kain dryfit: pemasok; super decisions.
ABSTRACT
Choosing the right supplier is crucial in the convection industry to ensure a smooth production
process and customer satisfaction. Oplonk Bross, a basketball jersey convection business, faced
various problems with its previous dryfit fabric supplier, including delivery delays and
complaints about fabric quality. This study aims to determine the best dryfit fabric supplier
alternative for Oplonk Bross using the Analytical Hierarchy Process (AHP) method. The AHP
method is used to identify relevant criteria and sub-criteria, such as quality, price, service and
delivery. Data was collected through observation, interviews with business owners, and
literature studies to obtain the necessary information. The analysis results show that Supplier
A has the highest priority with a score of 0.374092, followed by Supplier C (0.290386), Supplier
B (0.186327), and Supplier D (0.149195). The conclusion of this study is that supplier selection
based on the AHP method can help Oplonk Bross find supplier sources that are more in line
with their needs, thereby improving product quality and production efficiency. The
recommendation for the company is to establish cooperation with Supplier A to meet the needs
of quality dryfit fabrics.
Keywords: ahp; dryfit fabric; super decisions; supplier.
qw56
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0
International
2
PENDAHULUAN
Pesatnya pertumbuhan pasar menuntut setiap perusahaan untuk mampu bersaing
secara intensif (Ramadhon et al., 2021), termasuk industri konveksi di Bali yang menghadapi
persaingan ketat akibat banyaknya usaha di bidang tersebut. Pelaku usaha konveksi dalam
situasi ini harus menyadari bahwa membangun reputasi adalah proses yang sulit dan
memakan waktu, sementara reputasi yang telah dibangun dapat hilang dengan cepat jika
tidak dikelola dengan baik (Suherman et al., 2023). Reputasi yang kuat membutuhkan usaha
besar untuk meyakinkan pembeli akan kualitas produk yang ditawarkan, karena kepercayaan
pembeli merupakan elemen kunci dalam membangun reputasi (Supariyani, 2004).
Kepuasan pelanggan terhadap produk dapat mendorong pembelian ulang dan
menghasilkan ulasan positif, sedangkan produk yang tidak memenuhi ekspektasi berisiko
merusak reputasi dengan cepat (Supariyani, 2004). Oleh karena itu, peningkatan kualitas
produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan harus menjadi fokus utama
dalam strategi bisnis (Haqiqi, 2022). Salah satu langkah strategis untuk mencapainya adalah
dengan memilih supplier yang tepat dengan memanfaatkan umpan balik dan penilaian dari
pembeli, sehingga bisnis konveksi dapat terus meningkatkan kualitas produk dan menjaga
daya saing di tengah persaingan industri yang semakin ketat (Saleh & Miah Said, 2019).
Supplier merujuk pada individu atau entitas bisnis yang memiliki kemampuan untuk
menyediakan produk atau layanan yang dibutuhkan oleh perusahaan lain (Hasiani et al.,
2021). Proses pemilihan supplier menjadi aspek penting dalam operasional bisnis karena
berpengaruh besar terhadap kualitas produk, harga jual, dan ketersediaan barang yang sesuai
(Parli et al., 2025). Dalam industri konveksi pakaian, pemilihan supplier merupakan langkah
yang sangat krusial. Pemilihan supplier terbaik harus dilakukan dengan hati-hati untuk
memastikan kelancaran proses produksi. Pemilihan supplier yang sesuai dapat membantu
menjaga stabilitas proses produksi dan meminimalkan risiko keterlambatan pengadaan
bahan (Jannah & Rahmawati, 2020). Gangguan dari pihak supplier dapat mengakibatkan
keterlambatan pengadaan bahan baku pakaian, yang pada akhirnya berpotensi menimbulkan
kerugian besar dalam kegiatan produksi, maka usaha konveksi perlu menyadari hal tersebut
dalam pemilihan supplier yang tepat/sesuai dengan usaha sendiri (Rezki, 2020).
Usaha yang menjadi objek penelitian ini adalah Oplonk Bross, sebuah usaha konveksi
yang berfokus pada pembuatan jersey basket. Produk jersey yang dihasilkan menggunakan
bahan baku kain dryfit, yang dikenal dengan karakteristiknya yang tidak panas, elastis, dan
mampu menyerap keringat dengan baik, sehingga memberikan kenyamanan bagi pengguna
saat beraktivitas (Safitri & Irianti, 2023). Pemilihan kain dryfit didasarkan pada kebutuhan
untuk menyediakan jersey berkualitas tinggi yang memenuhi standar kenyamanan dan daya
tahan. Namun, berdasarkan wawancara dengan pemilik usaha, supplier kain dryfit yang
sebelumnya digunakan sedang dipertimbangkan untuk diganti (Lasakar, 2015). Keputusan
ini dipicu oleh sejumlah faktor yang mempengaruhi operasional dan kualitas produk Oplonk
Bross. Faktor-faktor tersebut dapat dirangkum dalam diagram fishbone pada Gambar 1.
3
Gambar 1. Diagram Fishbone Permasalahan Keinginan Mengganti Supplier
Faktor pertama adalah masalah pengiriman. Waktu pengiriman kain sering kali tidak
sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama. Keterlambatan ini mengakibatkan
terganggunya alur produksi, yang berujung pada penundaan dalam memenuhi pesanan
pelanggan. Selanjutnya faktor kedua terkait dengan layanan yang diberikan oleh pihak
supplier. Supplier dinilai kurang responsif terhadap feedback maupun keluhan yang
disampaikan oleh pihak Oplonk Bross, khususnya kendala terkait jadwal pengiriman dan
retur barang. Faktor ketiga adalah kenaikan harga bahan baku. Kenaikan ini memberikan
dampak langsung pada peningkatan biaya produksi secara keseluruhan, yang berpotensi
menurunkan margin keuntungan usaha. Faktor terakhir adalah karena munculnya feedback
dari pelanggan yang mengeluhkan kualitas kain jersey, terutama dari segi kelembutan.
Pelanggan merasa kain yang digunakan kurang nyaman untuk dikenakan, terutama dalam
aktivitas olahraga yang membutuhkan tingkat kenyamanan tinggi. Keempat faktor ini secara
bersama-sama memberikan dampak negatif terhadap kelancaran operasional usaha Oplonk
Bross (Zainal Mustofa AlQodri, 2016).
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dapat digunakan sebagai salah satu
metode dalam menentukan supplier. AHP merupakan suatu model pendukung keputusan
yang menguraikan masalah multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Penelitian
terdahulu pada usaha konveksi lainnya seperti pada usaha YZ Production dan AMIA
Konveksi juga menggunakan Metode AHP untuk menentukan supplier kain mereka. YZ
Production yang menggunakan pendekatan metode AHP telah membantu menentukan
alternatif supplier yang memiliki prioritas paling tinggi untuk menjadi pemasok bahan baku
kain yakni CV Mulia Sejahtera sebagai prioritas pertama dengan skor 0,3390, prioritas
kedua, CV Sam Textile Company dengan skor 0,3389 dan prioritas ketiga, CV Citra Kualitas
Perdana dengan skor 0,3221 (Mouludi et al., 2022). AMIA Konveksi di sisi lain yang juga
menggunakan Metode AHP telah berhasil menemukan bahwa supplier CG
direkomendasikan menjadi supplier kain utama karena unggul dalam berbagai aspek dan
memiliki skor tertinggi (Yulyandrie & Adianto, 2023).
Beberapa penelitian sebelumnya telah menggunakan metode Analytical Hierarchy
Process (AHP) dalam pemilihan supplier, menunjukkan keberhasilan dalam menentukan
alternatif terbaik berdasarkan berbagai kriteria. Penelitian pada YZ Production dan AMIA
Konveksi mencatat bahwa AHP efektif dalam mengidentifikasi supplier yang memenuhi
standar kualitas dan layanan (Jannah & Rahmawati, 2020).
Penelitian ini menawarkan pendekatan baru dalam menerapkan AHP untuk
menentukan supplier kain dryfit di Oplonk Bross dengan mempertimbangkan kriteria khusus
4
yang relevan untuk industri konveksi, serta pemanfaatan software Super Decisions untuk
pengolahan data (Jannah & Rahmawati, 2020).
penelitian ini bertujuan menentukan alternatif supplier kain dryfit untuk usaha Oplonk
Bross dengan menggunakan metode AHP. Penentuan supplier yang ada mempertimbangkan
aspek-aspek yang relevan, seperti kualitas bahan, harga, pengiriman, dan pelayanan sebagai
kriteria utama serta dibantu software Super Decisions untuk pengolahan data AHP.
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi praktis bagi Oplonk Bross
dalam memilih supplier yang tepat, serta menjadi referensi bagi perusahaan lain yang
menghadapi masalah serupa dalam pemilihan supplier.
Implikasi dari penelitian ini adalah peningkatan kualitas produk dan kepuasan
pelanggan, yang pada gilirannya dapat mendukung daya saing Oplonk Bross di pasar yang
semakin kompetitif (Muhajir, 2011).
METODE
Penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP
merupakan salah satu sistem pendukung keputusan yang memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang melibatkan banyak kriteria dengan mengandalkan
perbandingan preferensi antara elemen-elemen dalam hierarki. Metode AHP sering
digunakan untuk pengambilan keputusan dalam pemilihan supplier karena memiliki
kelebihan yaitu perusahaan dapat menentukan kriteria yang dianggap penting untuk memilih
supplier sehingga risiko kerugian produksi dapat diminimalkan.
Kriteria yang digunakan dalam pemilihan supplier meliputi:
1. Kualitas
Menilai kenyamanan, daya tahan, dan karakteristik kain. Sub-kriteria meliputi
kelembutan kain, ketahanan warna, dan ketahanan terhadap penggunaan intensif.
2. Harga
Mempertimbangkan harga bahan baku, potongan untuk pembelian dalam jumlah besar,
dan stabilitas harga.
3. Layanan
Meliputi responsivitas supplier, keramahan, dan efektivitas dalam menyelesaikan
keluhan.
4. Pengiriman
Menilai ketepatan waktu pengiriman, keamanan kemasan, dan fleksibilitas pengiriman.
Untuk mengukur dan membobotkan masing-masing kriteria, dilakukan langkah-
langkah berikut:
1. Matriks Perbandingan Berpasangan
Setiap kriteria dibandingkan satu sama lain berdasarkan kepentingan relatifnya. Penilaian
dilakukan dengan skala 1-9, di mana 1 menunjukkan bahwa kedua kriteria dianggap sama
penting, dan 9 menunjukkan bahwa satu kriteria jauh lebih penting daripada yang lain.
2. Pengumpulan Data
5
Data diperoleh melalui wawancara dengan pemilik Oplonk Bross, yang memberikan
perspektif tentang pentingnya setiap kriteria dalam konteks bisnis mereka.
3. Rata-rata Geometris
Setelah matriks perbandingan diisi, dilakukan perhitungan rata-rata geometris untuk
menentukan bobot prioritas masing-masing kriteria.
4. Konsistensi
Rasio konsistensi dihitung untuk memastikan bahwa penilaian yang dilakukan konsisten.
Nilai rasio konsistensi (CR) seharusnya tidak melebihi 10%. Jika lebih, penilaian perlu
diperbaiki.
Hasil dari analisis AHP menunjukkan bahwa kriteria kualitas memiliki bobot tertinggi,
diikuti oleh harga, layanan, dan pengiriman. Bobot masing-masing kriteria adalah sebagai
berikut:
1. Kualitas: 0,47912
2. Harga: 0,31182
3. Layanan: 0,13292
4. Pengiriman: 0,07613
Berdasarkan bobot keseluruhan, Supplier A terpilih sebagai alternatif supplier terbaik
dengan skor 0,374092, diikuti oleh Supplier C (0,290386), Supplier B (0,186327), dan
Supplier D (0,149195). Hasil ini menunjukkan bahwa Supplier A memiliki kinerja yang
lebih baik dalam memenuhi kriteria yang ditetapkan, sehingga layak dipilih sebagai pemasok
kain dryfit untuk Oplonk Bross.
Pengumpulan data terdiri dari dua jenis, yaitu primer dan sekunder. Data primer
merupakan data yang diperoleh langsung oleh peneliti, yaitu data mengenai kriteria dan sub
kriteria supplier. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh oleh peneliti dari
berbagai sumber yang sudah tersedia, dimana peneliti bertindak sebagai pihak kedua. Data
sekunder pada penelitian ini yaitu specsheet kain di setiap supplier dan informasi lain yang
berhubungan dengan objek penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan
yaitu sebagai berikut:
1. Observasi
Pada tahapan ini peneliti melakukan observasi dengan mengunjungi langsung
empat supplier untuk mendapatkan informasi mengenai specsheet dan sampel kain dryfit.
2. Wawancara
Peneliti melakukan wawancara dengan owner Oplonk Bross mengenai kriteria dan
sub-kriteria untuk pemilihan supplier kain.
3. Studi Pustaka
Peneliti menggunakan metode studi pustaka untuk mengumpulkan dan memahami
berbagai teori yang relevan dengan topik penelitian. Sumber sumber yang digunakan
meliputi skripsi dan jurnal.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode AHP kemudian dilakukan
penentuan supplier dengan software Super Decision. Metode AHP dilakukan dengan
langkah langkah sebagai berikut:
6
1. Mengidentifikasi masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
2. Membuat struktur hierarki.
3. Pembobotan nilai untuk setiap hierarki (Matriks Perbandingan Berpasangan).
4. Sintesis Prioritas (Synthesis of Priority).
Sintesis adalah tahap yang digunakan untuk menentukan bobot setiap elemen dalam
hierarki. Proses penentuan prioritas sintesis dilakukan dengan membandingkan elemen-
elemen dalam hierarki secara berpasangan. Hasil perbandingan ini kemudian diolah untuk
menghitung nilai eigen vector, yang digunakan untuk menetapkan peringkat relatif dari
semua alternatif.
5. Konsistensi Logis (Logical Consistency)
AHP mengukur konsistensi secara keseluruhan dari berbagai pertimbangan
menggunakan rasio konsistensi. Nilai rasio konsistensi (CR) seharusnya tidak melebihi
10%, karena jika nilai CR lebih dari 10%, hasil penilaian dianggap perlu diperbaiki karena
masih bersifat acak.
a. Menghitung Consistency Index (CI)
….(1)
Keterangan:
CI : Consistency Index
λ maks : Total nilai eigen value
n : Banyaknya elemen berdasarkan sumber kriteria
b. Menghitung Rasio Konsistensi
….(2)
Keterangan:
CR : Consistency Ratio
CI : Consistency Index
IR : Indeks random consistency
c. Memeriksa Konsistensi Hierarki
Jika nilai rasio konsistensi lebih dari 10%, maka penilaian data perlu diperbaiki.
Namun, jika rasio konsistensi (CI/IR) 0,1, maka hasil perhitungan dapat dianggap
valid.
Tabel 1. Index Random Consistency
N
1
2
3
4
5
6
7
8
9
IR2
0
0
0.58
0.9
1.12
1.24
1.32
1.41
1.45
6. Ranking Prioritas
Pada setiap tingkat hierarki untuk hasil perhitungan matriks perbandingan
berpasangan dilakukan perankingan. Perankingan prioritas dilakukan melalui pengurutan
nilai setiap tingkat hierarki dari bobot nilai tertinggi hingga terendah. Alternatif yang
memiliki bobot nilai tertinggi merupakan prioritas utama untuk pengambilan Keputusan.
7
HASIL DAN PEMBAHASA
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha Oplonk Bross didapatkan kriteria
utama dan sub-kriteria dari setiap kriteria utama yang menjadi dasar penentuan altertif
supplier yang terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria Utama dan Sub-kriteria Pemilihan Supplier
No
Kriteria Utama
Sub Kriteria
Kode
1
Harga
Harga bahan termurah
H1
Potongan harga untuk pembelian dalam jumlah besar
H2
Stabilitas harga bahan
H3
2
Kualitas
Kain jersey lembut, ringan, dan tidak panas
K1
Warna kain tidak mudah luntur
K2
Kain memiliki daya tahan tinggi terhadap penggunaan intensif
K3
3
Pengiriman
Ketepatan waktu pengiriman sesuai jadwal produksi
P1
Kemasan kain terjaga agar tidak rusak dalam pengiriman
P2
Fleksibilitas pengiriman (bisa memenuhi kebutuhan mendesak)
P3
4
Layanan
Respon cepat dalam komunikasi
L1
Pelayanan ramah dan profesional
L2
Penyelesaian keluhan dan return bahan yang efektif
L3
Penyusunan Hierarki
Struktur hierarki untuk pemilihan supplier pada software Super Decisions ditampilkan
pada Gambar 2.
Gambar 2. Susunan Hierarki pada Super Decisions
Matriks Perbandingan Berpasangan
1. Menghitung prioritas kepentingan variabel pada Level 1 (Kriteria)
Pengukuran prioritas kepentingan dari setiap kriteria dilakukan melalui wawancara
dengan pemilik Oplonk Bross. Setelah wawancara selesai, hasil penilaian dirangkum dan
diproses menggunakan metode rata-rata geometris (geometric mean). Metode ini
digunakan karena AHP hanya memerlukan satu matriks perbandingan sebagai hasil akhir.
Hasil pengolahan perbandingan antar variabel pada matriks diperoleh nilai bobot untuk
masing-masing kriteria. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 3.
8
Gambar 3. Hasil Prioritas Kepentingan Level 1 pada Super Decisions
2. Menghitung prioritas kepentingan variabel pada Level 2 (Sub-kriteria) Kriteria harga
terhadap sub-kriteria harga dengan sub-kriteria diantaranya:
a. Harga bahan termurah (H1).
b. Potongan harga untuk pembelian dalam jumlah besar (H2)
c. Stabilitas harga bahan (H3)
Hasil pengolahan perbandingan berpasangan antar variabel pada matriks
menghasilkan bobot untuk masing-masing subkriteria. Detailnya dapat dilihat pada
Gambar 4.
Gambar 4. Hasil Prioritas Kepentingan Sub-kriteria Harga pada Super Decisions
Kriteria kualitas terhadap sub-kriteria kualitas dengan sub-kriteria diantaranya:
a. Kain jersey lembut, ringan, dan tidak panas (K1).
b. Warna kain tidak mudah luntur (K2).
c. Kain memiliki daya tahan tinggi terhadap penggunaan intensif (K3).
Hasil pengolahan perbandingan berpasangan antar variabel pada matriks
menghasilkan bobot untuk masing-masing subkriteria. Detailnya dapat dilihat pada
Gambar 5.
Gambar 5. Hasil Prioritas Kepentingan Sub-kriteria Kualitas pada Super Decisions
Kriteria pengiriman terhadap sub-kriteria pengiriman dengan sub-kriteria diantaranya:
a. Ketepatan waktu pengiriman sesuai jadwal produksi (P1).
b. Kemasan kain terjaga agar tidak rusak dalam pengiriman (P2).
c. Fleksibilitas pengiriman (bisa memenuhi kebutuhan mendesak) (P3).
Hasil pengolahan perbandingan berpasangan antar variabel pada matriks
menghasilkan bobot untuk masing-masing subkriteria. Detailnya dapat dilihat pada
Gambar 6.
9
Gambar 6. Hasil Prioritas Kepentingan Sub-kriteria Pengiriman pada Super Decisions
Kriteria layanan terhadap sub-kriteria layanan dengan sub-kriteria diantaranya :
a. Respon cepat dalam komunikasi (L1).
b. Pelayanan ramah dan profesional (L2).
c. Penyelesaian keluhan dan return bahan yang efektif (L3).
Hasil pengolahan perbandingan berpasangan antar variabel pada matriks
menghasilkan bobot untuk masing-masing subkriteria. Detailnya dapat dilihat pada
Gambar 7.
Gambar 7. Hasil Prioritas Kepentingan Sub-kriteria Layanan pada Super Decisions
Memilih Supplier Optimal
Setelah perhitungan untuk setiap kriteria, subkriteria, dan alternatif diperoleh, langkah
selanjutnya adalah melakukan sintesis untuk menentukan bobot keseluruhan alternatif
berdasarkan seluruh kriteria yang telah ditetapkan.
Tabel 3. Hasil Prioritas Kriteria Utama
Icon
Name
Normalized by Cluster
Limiting
No Icon
Pemilihan Supplier
0.00000
0.000000
No Icon
Harga
0.31182
0.103940
No Icon
Kualitas
0.47912
0.159707
No Icon
Pengiriman
0.07613
0.025378
No Icon
Layanan
0.13292
0.044308
Berdasarkan hasil analisis AHP menggunakan software Super Decisions, kriteria yang
memiliki pengaruh terbesar dalam pemilihan supplier kain Dryfit di Oplonk Bross adalah
kriteria kualitas dengan bobot 0,47912. Kriteria harga menempati prioritas kedua dengan
bobot 0,31182, diikuti oleh kriteria layanan sebagai prioritas ketiga dengan bobot 0,13292.
Kriteria pengiriman berada di posisi terakhir dengan bobot 0,07613. Tingginya bobot pada
kriteria kualitas menunjukkan bahwa Perusahaan XYZ sangat mengutamakan bahan baku
berkualitas tinggi. Hal ini disebabkan oleh pentingnya bahan baku yang berkualitas baik
untuk mendukung keberhasilan operasional perusahaan.
Pemilihan supplier terbaik berdasarkan kriteria harga menunjukkan bahwa untuk
subkriteria Harga bahan termurah (H1), Supplier A memiliki bobot tertinggi sebesar
0,58481. Pada subkriteria Potongan harga untuk pembelian dalam jumlah besar (H2),
Supplier A juga menempati posisi tertinggi dengan bobot 0,56501. Demikian pula, pada
subkriteria Stabilitas harga bahan (H3), Supplier A juga menempati posisi tertinggi dengan
10
bobot 0,54949. Hal ini menunjukkan bahwa Supplier PT. A lebih unggul dibandingkan
supplier lainnya dalam kedua subkriteria tersebut pada kriteria harga.
Pemilihan supplier terbaik berdasarkan kriteria kualitas menunjukkan bahwa untuk
subkriteria Kain jersey lembut, ringan, dan tidak panas (K1), Supplier C memiliki bobot
tertinggi sebesar 0,54987.. Pada subkriteria Warna kain tidak mudah luntur (K2), Supplier
A menempati posisi tertinggi dengan bobot 0,56501. Demikian pula, pada subkriteria Kain
memiliki daya tahan tinggi terhadap penggunaan intensif (K3), Supplier B menempati posisi
tertinggi dengan bobot 0,54949. Hal ini menunjukkan bahwa setiap supplier memiliki
keunggulan tersendiri pada subkriteria kualitas tertentu. Supplier C unggul dalam
menyediakan kain jersey yang lembut, ringan, dan tidak panas (K1), sementara Supplier A
lebih unggul dalam aspek warna kain yang tidak mudah luntur (K2). Di sisi lain, Supplier B
menunjukkan keunggulan pada daya tahan kain terhadap penggunaan intensif (K3). Dengan
demikian, pemilihan supplier terbaik dapat dilakukan berdasarkan prioritas subkriteria
kualitas yang paling relevan dengan kebutuhan perusahaan.
Pemilihan supplier terbaik berdasarkan kriteria pengiriman menunjukkan bahwa untuk
subkriteria Ketepatan waktu pengiriman sesuai jadwal produksi (P1), Supplier D memiliki
bobot tertinggi sebesar 0,51667. Pada subkriteria Kemasan kain terjaga agar tidak rusak
dalam pengiriman (P2), Supplier A menempati posisi tertinggi dengan bobot 0,46326.
Demikian pula, pada subkriteria Fleksibilitas pengiriman (bisa memenuhi kebutuhan
mendesak) (P3), Supplier D menempati posisi tertinggi dengan bobot 0,50483. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap supplier memiliki keunggulan tertentu pada subkriteria
pengiriman. Supplier D unggul dalam ketepatan waktu pengiriman sesuai jadwal produksi
(P1) dan fleksibilitas pengiriman untuk memenuhi kebutuhan mendesak (P3). Sementara itu,
Supplier A lebih menonjol dalam menjaga kemasan kain agar tetap aman selama pengiriman
(P2). Dengan demikian, pemilihan supplier terbaik dalam hal pengiriman dapat disesuaikan
dengan prioritas subkriteria yang paling penting bagi perusahaan.
Pemilihan supplier terbaik berdasarkan kriteria layanan menunjukkan bahwa untuk
subkriteria Respon cepat dalam komunikasi (L1), Supplier A memiliki bobot tertinggi
sebesar 0,46600. Pada subkriteria Pelayanan ramah dan profesional (L2), Supplier D
menempati posisi tertinggi dengan bobot 0,47685. Demikian pula, pada subkriteria
Penyelesaian keluhan dan return bahan yang efektif (L3), Supplier A menempati posisi
tertinggi dengan bobot 0,50483. Hal ini menunjukkan bahwa setiap supplier memiliki
keunggulan pada aspek layanan tertentu. Supplier A unggul dalam subkriteria respon cepat
dalam komunikasi (L1) dan penyelesaian keluhan serta pengembalian bahan yang efektif
(L3). Sementara itu, Supplier D menunjukkan keunggulan dalam pelayanan yang ramah dan
profesional (L2). Oleh karena itu, pemilihan supplier terbaik dalam hal layanan dapat
dilakukan berdasarkan subkriteria yang paling relevan dengan kebutuhan operasional
perusahaan.
Gambar 8. Hasil Pemilihan Supplier
11
Berdasarkan total nilai bobot masing-masing supplier, dapat ditentukan bahwa
supplier kain Dryfit adalah Supplier A, yang memiliki bobot normal tertinggi sebesar
0,374092. Sementara itu, Supplier B memperoleh bobot normal sebesar 0,186327, Supplier
PT. C mendapatkan bobot normal sebesar 0,290386, dan Supplier D mendapatkan bobot
normal sebesar 0,149195. Hal ini menunjukkan bahwa Supplier A adalah supplier yang
paling kompeten dengan kinerja unggul dalam hal kualitas, kuantitas, serta performa yang
lebih baik dibandingkan dengan supplier lainnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa Supplier A terpilih sebagai supplier terbaik karena memperoleh bobot tertinggi di
antara semua opsi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa pemilihan supplier kain dryfit
untuk usaha Oplonk Bross dengan menggunakan metode AHP menyatakan bahwa kriteria
kualitas menjadi prioritas pertama dengan bobot 0,47912. Kriteria harga menempati
prioritas kedua dengan bobot 0,31182, diikuti oleh kriteria layanan sebagai prioritas ketiga
dengan bobot 0,13292. Kriteria pengiriman berada di posisi terakhir dengan bobot 0,07613.
Kriteria-kriteria tersebut merupakan pertimbangan usaha Oplonk Bross dalam pengambilan
keputusan saat memilih alternatif supplier kain dryfit. Berdasarkan penilaian bobot prioritas
keseluruhan menggunakan metode AHP diketahui bahwa alternatif supplier yang memiliki
prioritas tertinggi adalah Supplier A dengan skor 0,374092, prioritas kedua adalah Supplier
C dengan skor 0,290386, prioritas ketiga adalah Supplier B dengan skor 0,186327, dan
terakhir Supplier D dengan skor 0,149195.
REFERENSI
Haqiqi, F. (2022). Penerapan target costing dalam upaya peningkatan laba: Studi pada
konveksi Safero Sportwear Kota Malang. Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim.
Hasiani, F. M. U., Haryanti, T., Rinawati, R., & Kurniawati, L. (2021). Sistem Pendukung
Keputusan Pemilihan Supplier Produk Ritel dengan Metode Analytical Hierarchy
Process. Sistemasi: Jurnal Sistem Informasi, 10(1), 152162.
Jannah, U. M., & Rahmawati, Z. N. (2020). Analysis Supply Chain Management (SCM)
Planning of Juice Production by UKM Larasati. Dialektika: Jurnal Ekonomi Dan Ilmu
Sosial, 5(2), 173184.
Lasakar, M. L. (2015). Pemilihan Supplier Bahan Baku Tinta Dengan Metode Analytical
Hierarchy Process (Ahp) Pada Cv Unitech IndonesiaSemarang. CALYPTRA, 3(2), 1
18.
Mouludi, I., Ramdhanti, M., & Jamsan, F. (2022). Decision Support System Menggunakan
Analytic Hierarchy Process dan Analytical Network Process Pada Pemilihan Supplier
Bahan Baku. INVENTORY: Industrial Vocational E-Journal On Agroindustry, 3(1),
2632.
Muhajir, M. (2011). Pendekatan Metode Fuzzy Principal Component Analysis Dan Analytic
Hierarchy Process Dalam Pemilihan Supplier Terbaik Produk Bahan Baku Baju
(Studi kasus: Perusahaan Distro Clothing Fadegoretas di Yogyakarta).
Parli, A. N. A., Diana, A., & Achadiani, D. (2025). Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan
Supplier Pada Konveksi Busana Toko Dany Fashion Dengan Metode Analytical
Hierarchy Process (Ahp) Dan Simple Additive Weighting (Saw). INFORMATIKA,
12
16(1), 135142.
Ramadhon, R. B., Wisnubroto, P., & Simanjuntak, R. A. (2021). Analisis Pemilihan Supplier
Bahan Baku Menggunakan Metode Ahp Analytical Hierarchy Process) Dan Topsis
(Technique For Order Preference By Similarity To Ideal Solution) Pada Rockmantic
Store Konveksi. Jurnal Rekavasi, 9(1), 5464.
Rezki, N. M. (2020). Perancangan Promosi Speed Jersey Melalui Media Poster Digital.
Bandung.
Safitri, A., & Irianti, L. (2023). Pemilihan Supplier Bahan Baku di Amia Konveksi
Menggunakan Metode Analitical Hierarchy Process dan Scoring System. E-
Proceeding FTI.
Saleh, H. M. Y., & Miah Said, S. E. (2019). Konsep dan Strategi Pemasaran: Marketing
Concepts and Strategies (Vol. 1). Sah Media.
Suherman, H., Rodiah, R., & Pitoyo, D. (2023). Pendekatan Metode Analytical Hierachy
Process (AHP) untuk Menentukan Supplier Kain di Konveksi YZ Production.
Rekayasa Industri Dan Mesin (ReTIMS), 5(1), 1925.
https://doi.org/10.32897/retims.2023.5.1.1986.
Supariyani, E. (2004). Pengaruh biaya pelaksanaan promosi melalui pameran terhadapa
tingkat volume penjualan pada PT Astra Internasional tbk isuzu cabang bogor. Jurnal
Ilmiah Ranggagading, 4(1), 6974.
Yulyandrie, R. A., & Adianto, R. H. (2023). Usulan Evaluasi Penentuan Prioritas Supplier
Bahan Baku Kain Textile Menggunakan Metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process
(FAHP) di CV. XYZ. E-Proceeding FTI.
Zainal Mustofa AlQodri, M. M. (2016). Evaluasi Kompensasi pada Rancang Bangun
Produksi dan Penjualan Kaos Merk Eversays.